Kebebasan dan Ayat Al-Quran


RAHBAR

“Wa yadha’u ‘anhum ishrahum, wal aghlaalal latii kaanat ‘alaihim”[1] termasuk … dari ayat-ayat yang harus ditulis dalam piagam emas dan ditempelkan di semua pintu masyarakat yang berjuang di dunia demi hak asasi manusia.

… Ayat ini mengenai pribadi Nabi Muhammad Saw dan penggambaran mengenai pribadi Rasulullah Saw dalam al-Quran. Ada beberapa ayat dalam al-Quran yang menjelaskan pribadi dan sahabat Nabi Muhammad Saw dan ayat-ayat itu menjelaskan satu sisi dari dimensi agung pribadi Nabi, sementara ayat ini termasuk yang paling menonjol. Kandungan ayat ini menyebutkan Nabi Saw membuang beban dan belenggu manusia. Beban dan belenggu yang memberatkan kaki manusia, mencegah mereka bergerak, terbang dan menyempurna. Beliau melepaskan beban dan belenggu itu dari leher dan kaki manusia. Ishr dalam bahasa berarti tali yang mengikat tiang tenda dan tersambungkan ke paku besar yang terpatri ke dalam bumi sehingga tenda dapat berdiri tegak. Beragam paksaan, diskriminasi, pembatasan dan dogma yang disampaikan saat ini dalam bentuknya yang modern ternyata membuat manusia seperti binatang.

Manusia di mayoritas masyarakat Barat hidup dalam bentuk hewan dan pada prinsipnya tidak terdapat sedikitpun dari sifat manusia. Lalu apa sebenarnya yang membuatnya tersandera seperti ini? Terkadang mereka juga meraih keberhasilan, tapi manusia seperti ini yang kalian lihat di tengah masyarakat Barat ternyata tersandera kecenderungan materi yang rendah, tersandera kezaliman, diskriminasi, dogma rendah dan penistaan. Inilah yang disebut Ishr. Inilah beban dan belenggu. Ketika para nabi memasuki sebuah masyarakat, maka pekerjaan pertama mereka adalah membuka belenggu ini dari leher para tawanan. Inilah kebebasan. Dengan demikian, pengertian kebebasan adalah dalam al-Quran, riwayat dan teks-teks Islam.

Kebebasan dan pengertian mulia ini paling tidak baru dua ratus tahun lalu menemukan jalannya di media cetak, buku dan pemikiran Barat, sementara telah ada dalam al-Quran dan saya yakin sudah ada dalam pemikiran kebanyakan para nabi.[2]

Dalam al-Quran pada surat al-Ahzab ayat 60 Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang Munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.” Kata Murjifun (para penyebar kabar bohong) disandingkan dengan Munafikun dan orang-orang yang hatinya sakit. Munafikun berada di satu kelompok dan orang-orang yang sakit hatinya berada di kelompok yang lain. Nah, Murjifun disandingkan dengan dua kelompok ini. Murjifun merupakan orang-orang yang biasanya menakuti-nakuti orang lain. Sebuah masyarakat Islam yang baru berdiri dengan semua musuh yang dimilikinya, tapi ternyata mereka dari sisi semangat telah siap membela negara dan sistem agung ini lewat mobilisasi yang disampaikan al-Quran dan Nabi Muhammad Saw. Tapi ada sekelompok orang yang berusaha melemahkan semangat masyarakat. Mereka ini disebut Murjifun. Al-Quran menyebutkan, “Bila Murjifun, yakni orang-orang yang kerjaannya menakuti-nakuti masyarakat, berusaha membuat masyarakat pesimis dan mampu membuat mereka tidak mengambil tindakan, maka Kami akan memerintahkanmu untuk memerangi mereka.” Ini batasan kebebasan! Dengan demikian, kebebasan dalam logika Islam memiliki perbedaan lain terkait batasan dengan nilai-nilai spiritual.

Sementara perbedaan lainnya adalah kebebasan dalam pemikiran Liberalisme Barat tidak kontradiksi dengan kewajiban. Kebebasan berarti bebas dari kewajiban! Dalam Islam satu sisi lain dari kebebasan adalah kewajiban. Pada prinsipnya manusia itu bebas dikarenakan mereka punya kewajiban. Bila mereka tidak punya kewajiban, maka tidak ada maknanya kebebasan bagi mereka. Sama seperti malaikat. Sebagaimana disampaikan oleh Maulawi:

Dalam sebuah hadis disebutkan Allah
Menciptakan alam dalam tiga bentuk

Satu kelompok memiliki akal, ilmu dan kedermawanan
Malaikat tidak mengetahui apapun kecuali sujud

Kelebihan manusia ada pada kepemilikan sekumpulan kecenderungan yang saling bertentangan dan berkewajiban untuk melewati jalan kesempurnan di antara segala kecenderungan ini. Kepada manusia diberikan kebebasan demi melewati jalan kesempurnan. Kebebasan dengan nilai seperti ini demi membuat manusia menjadi sempurna. Sebagaimana kehidupan manusia itu sendiri untuk kesempurnaan. “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya’buduun.”[3] Allah Swt menciptakan manusia dan jin agar mereka sampai pada derajat penghambaan yang merupakan derajat yang sangat tinggi. Kebebasan sama seperti hak hidup yang merupakan pengantar bagi penghambaan.

Di Barat, upaya menafikan “kewajiban” telah mencapai puncaknya sehingga bukan hanya dalam pemikiran agama, bahkan mencakup pemikiran non agama dan semua ideologi yang memiliki kewajiban, wajib, haram, harus dan tidak harus! Hal ini dapat ditemukan dalam karya-karya terbaru mereka, para penulis liberal Amerika, semi Amerika dan orang-orang yang menganggap nabinya adalah mereka, umat mereka di negara-negara lain, termasuk sebagian masyarakat di negara kita, patut disayangkan. Mereka mengatakan bahwa pemikiran kebebasan Barat bertentangan dengan prinsip “harus dan tidak harus” dan prinsip ideologi! Islam secara keseluruhan bertengan dengan cara pandang ini. Islam menilai kebebasan bersama dengan kewajiban bagi manusia, sehingga manusia dapat melakukan kewajibannya dengan benar bersama kebebasan ini. Manusia dapat melakukan pekerjaan besar dengan kebebasan, melakukan pilihan besar dan mencapai kesempurnaan.

… Masalah kebebasan merupakan pembahasan islami. Kita hendaknya memikirkannya secara islami dan semua meyakini hasilnya sebagai sebuah gerakan islami dan sebuah kewajiban agama. Alhamdulillah, kita harus mensyukuri apa yang ada dalam masyarakat dan memanfaatkan fasilitas ini secara maksimal. Para pemikir harus berusaha keras. Tentu saja ada sebagian pembahasan yang sangat spesifik dan harus dikaji di universitas, media khusus dan di kumpulan  khusus. Tapi sebagian permasalahan kebebasan bersifat umum dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Ini harus disampaikan dan semua bisa memanfaatkannya.[4] (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Doktor Manouchehri Mohammadi, Azadi dar Negah Rahbar Moazzame Enqelab Eslami, Ayatullah Khamenei, Tehran, 1390 Hs, Moasseseh Pajouhesh Farhanggi Enqelab Eslami.

[1] . QS. al-A’raf: 157, “… dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka…”
[2] . Pidato dihadapan masyarakat Iran, 1/9/1368.
[3] . QS. adz-Dzariyat: 56, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
[4] . Pidato dihadapan Dewan Ketua Majlis Syura Islami, 6/12/1379.

Leave a comment