“Yang mengatakan Maulid Nabi itu bid’ah berarti dia masih perlu belajar agama lagi. Silakan datang ke NU atau belajar lagi di pesantren.” (KH SAID AQIL SIROJ)


Aqil sirajd

Menurut Kantor Berita ABNA, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dikenal dengan istilah Maulid Nabi merupakan peristiwa besar yang perlu dikenang dan diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia.

Ia menyampaikan taushiyahnya di hadapan habib, tokoh masyarakat Betawi dan ratusan jamaah yang menghadiri peringatan Maulid Nabi di Masjid Jami’ Al-Ilyas, Kampung Pulo Nangka Barat, Jakarta Timur, Ahad (20/1) malam. Masjid ini merupakan bagian dari Pondok Pesantren Al-Kenaniyah yang saat ini dipimpin oleh KH Hambali Ilyas.

Menurut Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siroj, Nabi Muhammad dilahirkan di tengah dunia yang jahiliyah. Di sebelah barat ada kerajaan Romawi, dan di sebelah timur ada kerajaan Persia. Mereka bisa dikatakan maju dalam hal pengetahuan tapi jahiliyah atau bodoh dalam hal akhlak.

“Romawi memperlakukan budak lebih hina dari binatang. Para budak diadu sebagai gladiator. Ketika ada yang mati mereka bersorak gembira. Sementara orang Persia memperlakukan perempuan sangat rendah. Kalau ada anak perempuan lahir langsung dibunuh. Anak bisa mengambil ibunya sendiri untuk dinikahi jika ayahnya mati,” kata Kang Said.

Peringatan atas anugerah kelahiran Nabi Muhammad SAW bisa dilakukan dengan membaca shalawat sebanyak-banyaknya sembari mengingat kembali dan mencontoh berbagai teladan beliau, terutama akhlak yang mulia.

Menurut Kang Said, peringatan Maulid Nabi merupakan sunnah taqririyah. Disampaikannya, ada tiga macam sunnah atau hadits nabi. Pertama berupa perkataan nabi (qouliyah). Kedua berupa perbuatan nabi (fi’liyah). Sementara sunnah taqririyah adalah perbuatan sahabat yang diketahui oleh nabi dan dibenarkan oleh beliau.

“Ada orang memuji-muji nabi dengan syair, mengagungkan nabi, dan beliau tidak melarang. Beliau malah menghadiahkan selimut tidurnya kepada orang tersebut; yakni selimut bergaris yang disebut sebagai burdah,” kata Kang Said sembari bercerita panjang lebar tentang Abu Said Al-Busiri dan shalawat Burdahnya.

Kang Said yang dikenal sangat kuat hapalannya itu sempat memukau hadirin saat melantunkan berbagai macam shalawat berikut nama pengarang dan tahun kelahiran dan wafatnya, serta merunut silsilah Nabi Muhammad SAW sampai kepada Nabi Adam AS tanpa membaca teks.

Menyikapi beberapa kalangan yang sinis dan mengatakan maulid nabi sebagai amalan bid’ah, Kang Said meminta jamaah untuk tidak usah menghiraukannya. Menurutnya, mereka yang suka mengatakan bid’ah itu biasanya belum belajar ilmu agama secara mendalam.

“Yang mengatakan Maulid Nabi itu bid’ah berarti dia masih perlu belajar agama lagi. Silakan datang ke NU atau belajar lagi di pesantren,” kata kang Said.

Kisah Prabu Kian Santang Dan Syaidina Ali R.a (Refleksi Idul Milad Rasulullah Muhammad SAW, untuk Tanah Pajajaran)


spiritual-taqwa-npp

GODOG adalah sebuah daerah pedesaan yang indah dan nyaman, berjarak 10 km kearah timur dari puseur dayeuh Garut. Tepatnya di Desa Lebakagung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Disana terdapat makam Prabu Kiansantang atau yang dikenal dengan sebutan Makam Godog Syeh Sunan Rohmat Suci. Hampir setiap saat banyak masyarakat yang ziarah, terlebih di bulan-bulan maulud

Prabu Kiansantang atau Syeh Sunan Rohmat Suci adalah salah seorang putra keturunan raja Pajajaran, Prabu Siliwangi, dari prameswarinya yang bernama Dewi Kumala Wangi (Nyi Subang Larang). Kian Santang lahir tahun 1315 Masehi di Pajajaran, mempunyai dua saudara, bernama Dewi Rara Santang dan Walang Sungsang.

Pada usia 22 tahun, tepatnya tahun 1337 Masehi, Kiansantang diangkat menjadi dalem Bogor kedua yang saat itu bertepatan dengan upacara penyerahan tongkat pusaka kerajaan dan penobatan Prabu Munding Kawati, putra Sulung Prabu Susuk Tunggal, menjadi panglima besar Pajajaran. Guna mengenang peristiwa sakral penobatan dan penyerahan tongkat pusaka Pajajaran tersebut, maka ditulislah oleh Prabu Susuk Tunggal pada sebuah batu, yang dikenal sampai sekarang dengan nama Batu Tulis Bogor. Peristiwa itu merupakan kejadian paling istimewa di lingkungan Keraton Pajajaran dan dapat diketahui oleh kita semua sebagai pewaris sejarah bangsa, khususnya Jawa Barat.

Kiansantang merupakan sinatria yang gagah perkasa. Konon tak ada yang bisa mengalahkannya. Sejak kecil sampai dewasa, yaitu berusia 33 tahun, tepatnya tahun 1348 Masehi, Kiansantang belum pernah tahu seperti apa darahnya. Dalam arti, belum ada yang menandingi kegagahannya dan kesaktiannya. Sering kali dia merenung seorang diri, memikirkan dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi kesaktian dirinya. Akhirnya Prabu Kiansantang memohon kepada ayahnya supaya mencarikan seorang lawan yang dapat menandinginya.

Sang ayah memanggil para ahli nujum untuk menunjukkan siapa dan dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi Kiansantang. Namun tak seorangpun yang mampu menunjukkannya. Tiba-tiba datang seorang kakek yang memberitahu bahwa orang yang dapat menandingi kegagahan Prabu Kiansantang adalah Sayyidina Ali, yang tinggal jauh di Tanah Mekah. Sebetulnya pada waktu itu Sayyidina Ali telah wafat, namun kejadian ini dipertemukan secara gaib dengan kekuasaan Alloh Yang Maha Kuasa. Lalu , orang tua itu berkata kepada Prabu Kiansantang: “Kalau memang kau mau bertemu dengan Sayyidina Ali, kau harus melaksanakan dua syarat: Pertama,harus mujasmedidulu di ujung kulon. Kedua, namamu harus diganti menjadi Galantrang Setra (Galantrang – Berani, Setra – Bersih/ Suci).

setelah Prabu Kiansantang melaksanakan dua syarat tersebut, maka berangkatlah dia ke tanah Suci Mekah pada tahun 1348 Masehi. Setiba di tanah Mekah, ia bertemu dengan seorang lelaki yang disebut Sayyidina Ali, tetapi Kiansantang tidak mengetahui bahwa laki-laki itu bernama Sayyidina Ali. Prabu Kiansantang yang namanya sudah berganti menjadi Galantrang Setra menanyakan kepada laki-laki itu.

“Kenalkah dengan orang yang namanya Sayyidina Ali?” tentu laki- laki itu menjawab dengan jujur, mengiyakannya, bahkan ia bersedia mengantar Kian Santang. Sebelum berangkat, laki-laki itu menancapkan dulu tongkatnya ke tanah. Setelah berjalan beberapa puluh meter, Sayyidina Ali berkata, “Wahai Galantrang Setra, tongkatku ketinggalan di tempat tadi, tolong ambilkan dulu!”

Semula Galantrang Setra tidak mau. Namun Sayyidina Ali mengatakan jika tidak mau, tentu tidak akan bertemu dengan Sayyidina Ali. Terpaksalah Galantrang Setra kembali ketempat bertemu, untuk mengambilkan tongkat. Setibanya di tempat tongkat tertancap, Galantrang Setra mencabut tongkat dengan sebelah tangan. Ternyata tongkat tidak bisa dicabut, bahkan tidak sedikitpun berubah. Sekali lagi, Kian santang berusaha mencabutnya, tetapi tongkat itu tetap tidak berubah. Ketiga kalinya, Galantrang Setra mencabut tongkat dengan sekuat tenaga dengan disertai tenaga bathin. Tetapi tongkat tetap tertancap di tanah dengan kokoh, sebaliknya kedua kaki Galantrang Setra amblas masuk ke dalam tanah, dan keluarlah darah dari tubuh Galantrang Setra.

Sayyidina Ali mengetahui kejadian itu, maka beliaupun datang. Setelah Sayyidina Ali tiba, tongkat itu langsung dicabut sambil mengucapkan Bismillah dan dua kalimat syahadat.Tongkatpun terangkat dan bersamaan dengan itu hilang pulalah darah dari tubuh Galantrang Setra. Galantrang Setra merasa heran, kenapa darah yang keluar dari tubuh itu tiba-tiba menghilang dan kembali tubuhnya sehat. Dalam hatinya ia bertanya. “Apakah kejadian itu karena kalimah yang diucapkan oleh orang tua itu tadi?”. Kalaulah benar, kebetulan, akan kuminta ilmu kalimah itu. Tetapi laki-laki itu tidak menjawab. Alasannya, karena Galantrang Setra belum masuk Islam.

Kemudian mereka berdua berangkat menuju Mekah. Setelah tiba di Mekah, di tengah perjalanan ada yang bertanya kepada laki-laki itu dengan sebutan Sayyidina Ali. Galantrang Setra kaget mendengar panggilan ”Ali” tersebut. Ternyata laki-laki yang baru dikenalnya tadi tiada lain adalah Sayyidina Ali.

Setelah Kiansantang meninggalkan Mekah untuk pulang ke Tanah Jawa (Pajajaran), ia terlunta-lunta tidak tahu arah tujuan. Maka ia berpikir untuk kembali ke Mekah lagi dengan niat bulat akan menemui Sayyidina Ali, sekaligus bermaksud memeluk agama Islam. Pada tahun 1348 Masehi, Kiansantang masuk Islam. Ia bermukim selama dua puluh hari sambil mempelajari ajaran agama Islam. Kemudian dia pulang ke tanah Jawa (Pajajaran) untuk menengok ayahnya Prabu Siliwangi dan saudara-saudaranya.

Setibanya di Pajajaran, ia bertemu dengan ayahnya. Kian Santang menceritakan pengalamannya selama bermukim di tanah Mekah serta pertemuannya dengan Sayyidina Ali. Pada akhir ceritanya, ia memberitahukan bahwa dirinya telah masuk Islam dan berniat mengajak ayahnya untuk memeluk agama Islam. Prabu Siliwangi kaget sewaktu mendengar cerita anaknya, terlebih ketika anaknya mengajak masuk agama Islam. Sang ayah tidak percaya, dan ajakannya ditolak.

Tahun 1355 Masehi, Kiansantang berangkat kembali ke tanah Mekah. Jabatan kedaleman, untuk sementara diserahkan ke Galuh Pakuan yang pada waktu itu dalemnya dipegang oleh Prabu Anggalang. Prabu Kiansantang bermukim di tanah Mekah selama tujuh tahun dan mempelajari ajaran agama Islam secara khusu. Merasa sudah cukup menekuni ajaran agama Islam, kemudian ia kembali ke Pajajaran tahun 1362 M. Ia berniat menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa. Kembali ke Pajajaran pun disertai saudagar Arab yang punya niat berniaga di Pajajaran sambil membantu Kiansantang mensyi’arkan agama Islam.

Setiba di Pajajaran, Kiansantang langsung menyebarkan agama Islam di kalangan masyarakat, karena ajaran Islam dalam fitrohnya membawa keselamatan dunia dan akhirat. Masyarakat menerimanya dengan tangan terbuka. Kemudian Prabu Kiansantang bermaksud menyebarkan ajaran agama Islam di lingkungan Keraton Pajajaran.

 

Setelah Prabu Siliwangi mendapat berita bahwa anaknya sudah kembali ke Pajajaran dan akan menghadap kepadanya. Prabu Siliwangi yang mempunyai martabat raja mempunyai pikiran. “Dari pada masuk agama Islam lebih baik aku muninggalkan keraton Pajajaran”. Sebelum berangkat meninggalkan keraton, Prabu Siliwangi merubah Keraton Pajajaran yang indah menjadi hutan belantara.

 

Melihat gelagat demikian, Kiansantang mengejar ayahnya. Beberapa kali Prabu Siliwangi terkejar dan berhadapan dengan Kiansantang yang langsung mendesak agar sang ayah dan para pengikutnya masuk Islam. Namun Prabu Siliwangi tetap menolak, malah beliau lari ke daerah Garut Selatan. Kiansantang menghadangnya di laut Kidul Garut, tetapi Prabu Siliwangi tetap tidak mau masuk agama Islam. Dengan rasa menyesal, Kiansantang terpaksa membendung jalan larinya sang ayah. Prabu Siliwangi masuk ke dalam gua yang sekarang disebut gua sancang Pameungpeuk.

Prabu Kiansantang sudah berusaha mengislamkan ayahnya, tetapi Alloh tidak memberi hidayah kepada Prabu Siliwangi. Kiansantang kembali ke Pajajaran, kemudian membangun kembali kerajaan sambil menyebarkan agama Islam ke pelosok-pelosok, dibantu oleh saudagar Arab sambil berdagang. Namun istana kerajaan yang diciptakan oleh Prabu Siliwangi tidak dirubah, dengan maksud pada akhir nanti anak cucu atau generasi muda akan tahu bahwa itu adalah peninggalan sejarah nenek moyangnya. Sekarang lokasi istana itu disebut Kebun Raya Bogor.

Pada tahun 1372 Masehi, Kiansantang menyebarkan agama Islam di Galuh Pakuan dan dia sendiri yang mengkhitan laki-laki yang masuk agama Islam. Tahun 1400 Masehi, Kiansantang diangkat menjadi Raja Pajajaran, menggantikan Prabu Munding Kawati atau Prabu Anapakem I. Namun Kiansantang tidak lama menjadi raja, karena mendapat ilham harus uzlah, pindah dari tempat yang ramai ketempat yang sepi. Dalam uzlah itu, ia diminta agar bertafakur untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam rangka mencapai kema’ripatan. Kepada beliau dimintakan untuk memilih tempat tafakur dari ke 3 tempat, yaitu Gunung Ceremai, Gunung Tasikmalaya, atau Gunung Suci Garut.

Waktu uzlah harus dibawa peti yang berisikan tanah pusaka. Peti itu untuk dijadikan tanda atau petunjuk tempat bertafakur nanti, apabila tiba disatu tempat peti itu godeg/ berubah, maka disanalah tempat dia tafakur, dan kemudian nama Kiansantang harus diganti dengan Sunan Rohmat. Sebelum uzlah, Kiansantang menyerahkan tahta kerajaan kepada Prabu Panatayuda, putra tunggal Prabu Munding Kawati.

Setelah selesai serah-terima tahta kerajaan dengan Prabu Panatayuda, maka berangkatlah Prabu Kiansantang meninggalkan Pajajaran. Tempat yang dituju pertama kali adalah Gunung Ceremai. Setibanya disana, peti diletakan di atas tanah, tetapi peti itu tidak godeg alias berubah. Kiansantang kemudian berangkat lagi ke gunung Tasikmalaya, disana juga peti tidak berubah. Akhirnya Kiansantang memutuskan untuk berangkat ke gunung Suci Garut. Setibanya di gunung Suci Garut, peti itu disimpan diatas tanah, secara tiba-tiba berubahlah peti itu. Dengan godegnya peti tersebut, berarti petunjuk kepada Kiansantang bahwa ditempat itulah beliau harus tafakur untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tempat itu kini diberi nama Makam Godog.

 

Prabu Kiansantang bertafakur selama 19 tahun. Sempat mendirikan Mesjid yang disebut Masjid Pusaka Karamat Godog yang berjarak dari makam godog sekitar kurang lebih 1 Km. Prabu Kiansantang namanya diganti menjadi Syeh Sunan Rohmat Suci dan tempatnya menjadi Godog Karamat. Beliau wafat pada tahun 1419 M atau tahun 849 Hijriah. Syeh Sunan Rohmat Suci wafat di tempat itu yang sampai sekarang dinamakan Makam Sunan Rohmat Suci atau Makam Karamat Godog. by Gentra Pusaka Wangi on Tuesday, October 26, 2010 at 12:12am · Oleh ROCHAJAT HARUN

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW


 muhammad SAWW

Allahumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad

(Ya Allah, sampaikanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad)

 Milad an-Nabi atau Maulid adalah peringatan kelahiran Nabi kecintaan kita Muhammad saw dan dirayakan oleh kaum Muslim sebagai Idul Milad. Nabi Muhammad saw dilahirkan di Semenanjung Arabia di kota Mekkah, pada 12 Rabiul Awal, bertepatan dengan Senin, 20 April 571. Untuk tahun 2002, Maulid Nabi jatuh pada tanggal 25 Mei, hari Sabtu. Sementara, tahun sebelumnya, Maulid Nabi saw jatuh pada 4 Juni, hari Senin. Ini pun merupakan tanggal wafatnya beliau (dalam kepercayaan Sunni—penerj.)

Peristiwa ini dirayakan dengan mengingat karunia-karunia yang dilimpahkan pada umat. Pertama, wahyu al-Quran dengan perintah-perintahnya; kedua, pelembagaan dari seorang Pemandu abadi yang akan menasehati orang-orang mukmin menurut kebutuhan zaman. Ini mengapa golongan Isma’iliyah disebut Ibn al-Waqt (anak zaman) karena mereka dibimbing oleh Imam Zaman, Noor Mowlana Shah Karim al-Husaini Hazar Imam, Yang Mulia Agha Khan. Dia adalah keturnan ke-49 dari putri Nabi saw, Fathimah dan Imam Ali. Bagi golongan Syi’ah, peristiwa ini adalah lebih bermakna dan penuh perlambang karena hari ini pun merupakan peringatan hari kewafatan beliau setiap tahunnya. Karena itu, hari tersebut mendukung hablullah (tali imamah) ketika Nabi Muhammad saw telah memilih Ali sebagai penggantinya di Ghadir Khum.

Apa yang ingin saya katakan adalah bahwa hal ini lebih daripada sebuah kebetulan. Kelahiran Nabi Muhammad saw berbarengan dengan kepergian jasmaninya sebagaimana ditetapkan oleh Allah. Imam Ali mewarisi otoritas spiritual darinya dan rantai ini terus berlanjut hingga hari ini. Di setiap jomma (kurun imamah), imam sebelumnya menunjuk imam penggantinya atau imam berikutnya. Dan, sekalipun imam sebelumnya wafat secara fisik, yang merupakan hari duka cita, umat bahagia dengan penetapan imam baru karena Perjanjian tersebut (janji cahaya Allah) terus berlangsung.

Berkaitan dengan ini, Mowlana Sultan Mahomed Shah berkata dalam salah satu khotbahnya:

Kami (para imam) mengubah tubuh fisik di dunia tetapi Nur kami (Cahaya Ilahi) adalah abadi dan berasal dari mahaawal. Karena itu, kalian harus menjadikannya sebagai satu Cahaya. Nur (cahaya Allah) senantiasa hadir, hanya saja nama-namanya yang berbeda. Arasy Imamah Mowlana Murtadha Ali terus berlanjut dan akan tetap ada hingga Hari Kiamat (Sumber: ‘Ilm, vol.3, No.2, November 1977 hal.22)

Idul Milad dan Idul Ghadir adalah dua hari besar yang sangat penting bagi kalangan Muslim Syi’ah. Pada hari ini setiap tahun, orang-orang beriman berkumpul untuk membacakan doa-doa khusus untuk bersyukur kepada Allah karena mengutus Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi semua manusia, dan pembicaraan serta kuliah-kuliah disampaikan mengenai sirah (kehidupan) dan perintah-perintah Nabi saw. Puisi dalam bentuk naat dibacakan dan usai salat dan doa, manisan dibagikan dan parfum dipercikkan kepada setiap orang. Kaum perempuan dan anak-anak berkumpul selama penggunaan henna (pacar) dan setiap orang mengenakan busana indah selama kesempatan tersebut. Anak-anak mendapatkan uang ataupun hadiah dan di Afrika Timur  kami biasa pergi ke suatu fete, Eid Mela diorganisasikan pada kesempatan tersebut oleh para anggota komunitas dan kami bisa menaiki ayunan (?) yang di atasnya kami merasa senang seperti anak-anak.

Di negeri-negeri Muslim yang padat populasinya, perayaan Maulid berlangsung selama dua belas hari pertama di bulan yang disebut Barah Wafah (dua belas hari sebelum berlalu) dan setiap hari ada konferensi-konferensi dan pertemuan-pertemuan.

Nabi kecintaan kita memberikan kepada umat manusia suatu teladan sempurna dalam semua tahapan kehidupan. Al-Quran suci mengatakan, Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS 33:21)

Nabi Muhammad saw hidup di tengah-tengah umatnya dan mengajari mereka tentang keimanan kepada satu Tuhan, akhlak dalam kehidupan sehar-hari, dan arti penting pendidikan dalam membawa suatu kehidupan yang sempurna. Dalam hal ini, ada sejumlah sabdanya yang termasyhur seperti, “Carilah ilmu hingga ke negeri Cina”, “tuntutlah ilmu karena barangsiapa yang menuntutnya, berarti melakukan amal saleh; barangsiapa membicara ilmu, berarti memuji Allah; barangsiapa yang mencarinya, berarti menyembah Allah.” Beliau juga mengatakan, “Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada.”

Mowlana Sultan Mahomed Shah menekankan pesan Nabi Muhammad saw tersebut dan menandaskan bahwa Islam pada dasarnya berwatak dinamis dan tidak kaku. Pada saat yang sama, keimanan spiritual harus berkembang seiring dengan pertumbuhan kekayaan materi. Dalam Message to the World of Islam, ia berkata:

Formalisme dan tafsiran verbal atas ajaran Nabi secara mutlak berlawanan dengan seluruh sejarah hidupnya. Kita harus menerima risalah sucinya sebagai kanal penyatuan kita dengan Yang Mutlak dan Yang Tak Terbatas dan ketika keimanan spiritual kita tertegakkan secara kuat, tanpa takut teruskanlah dengan pengorbanan diri, dengan keberanian dan dengan aplikasi untuk memajukan posisi ilmiah, ekonomi, politik, dan sosial kaum Muslim ke suatu kedudukan yang setara dengan Eropa dan Amerika Kristen.

Kebiasaan sosial kita, aktivitas kita sehari-hari, usaha kita yang tak kenal lelah, harus ditingkatkan, harus diharmoniskan dengan bentuk tertinggi dari peradaban yang mungkin. Pada periode terbesarnya Islam adalah pusat sains, pusat pengetahuan, dan pusat kemajuan di bidang pemikiran politik, filosofis, dan sastra.

Mowlana Hazar Imam menyarankan kepada Dunia Muslim, dalam the Seerat Conference, untuk menjadikan kehidupan Nabi sebagai mercu suar untuk mencapai masyarat Islam yang modern dan dinamis dalam pengertian sejatinya. Ia mengatakan:

Kehidupan Nabi saw memberi kita panduan fundamental yang kita butuhkan untuk mengatasi masalah seberhasil mungkin sebagaimana yang bisa dibayangkan oleh pikiran dan intelek manusia. Teladannya akan integritas, kesetiaan, kejujuran, kemurahhatian, entah berupa sarana-sarana dan waktu yang ia sediakan bagi orang miskin, lemah, sakit, ketabahannya dalam persahabatan, kerendahhatiannya dalam persahabatan, keagungannya dalam kemenangan, kebersahajaannya, kebijaksanaannya dalam menciptakan solusi-solusi baru atas masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh metode-metode tradisional, tanpa mempengaruhi konsep-konsep fundamental Islam, secara pasti, semua fondasi ini yang dipahami dengan benar dan ditafsirkan secara tulus, mestinya memudahkan kita untuk menggambarkan apa yang seharusnya menjadi sebuah masyarakat Islam modern dan dinamis yang hakiki pada tahun-tahun mendatang

Kehidupan dan pencapaian-pencapaiannya sungguh luar biasa dan ekspansif yang saya tak mampu menggambarkannya dalam tulisan yang singkat ini dan  karena alasan ini, saya mendorong kalian untuk membaca dengan cermat baris-baris kalimat di bawah sebagai bahan kajian lebih lanjut.

Pasase-pasase berikut telah dsiapkan oleh teman baik saya, Courtney Kirshner, yang membesarkan hati saya untuk mendapatkan artikel ini sekalipun saya ketinggalan tenggat waktu maulid tersebut pada tahun ini. Pasase-pasase tersebut diambil dari Mystical Dimensions of Islam karya Annemarie Schimmel.

Sejak awal penghujung abad ke-11, dan secara umum dari abad ke-12 seterusnya, pengagungan atas Nabi mengasumsikan suatu bentuk yang mungkin dalam perayaan maulid, hari kelahirannya, pada 12 Rabiul Awal, bulan ketiga dalam penanggalam kamariah kaum Muslim. Hari ini masih dirayakan di Dunia Muslim. Banyak syair ditulis selama peristiwa ini dalam seluruh bahasa Islam yang di luar hitungan. Dari ujung paling timur Dunia Muslim hingga ujung Barat maulid merupakan peristiwa luar biasa bagi orang-orang saleh untuk menunjukkan kehangatan cinta mereka kepada Nabi dalam bentuk lagu-lagu, syair-syair, dan doa-doa.” (halaman 216)

Sementara, teks berikut diambil dari buku Schimmel lain, And Muhammad is His Messenger yang keseluruhan babnya tercurah pada topik ini!

Tampak, kecenderungan untuk merayakan ingatan akan kelahiran Muhammad pada skala yang lebih luas dan bahagia muncul untuk pertama kalianya pada masa Fathimiyah di Mesir (969-1171). Ini masuk akal karena Dinasti Fathimiyah mengklaim sebagai keturunan Nabi melalui putrinya Fathimah. Sejarahwan Mesir Maqrizi (w. 1442) mendasarkan laporannya pada sumber-sumber Fathimiyah. Ini merupakan satu peristiwa yang didukung oleh sebagian besar ulama dan lembaga-lembaga keagamaan. Mereka mendengarkan ceramah-ceramah, manisan, khususnya madu, makanan favorit Nabi, dibagi-bagikan; orang-orang miskin menerima sedekah.” (halaman 145)

Sumber-sumber Arab awal—yang mendasarkan klaim-klaim mereka pada gelar-gelar Qurani seperti sirajun munir, dian yang bersinar—mengatakan bahwa sebuah sinar memancar dari rahim Aminah bersama kedatangan nabi yang baru lahir. Hasan bin Tsabit [penyair, sejawat Muhammad yang bergabung dengannya di Madinah dan melaporkan peristiwa-peristiwa penting di komunitas Muslim] melantunkan dalam eleginya untuk Muhammad bahwa ibunya Aminah telah melahirkannya di jam yang bahagia di mana selanjutnya “seberkas cahaya menyinari dunia.”

Tidaklah mengherankan bahwa cahaya spiritual ini segera dibungkus realitas material dalam riwayat-riwayat kelahiran Nabi, sebagaimana bisa dilihat untuk pertama kalinya di dalam karya tarikh Ibn Sa’d pada abad ke-9. Yunus Emre [penyair Sunni Turki, wafat pada 1321] melantunkan sejumlah syair dalam suksesinya di Turki, Iran, dan India:

Dunia diliputi dengan cahaya

Di malam kelahiran Muhammad  (hal.149-1500

“Karya komprehensif pertama tentang kelahiran Nabi, sejauh yang orang ketahui, disusun oleh penulis Andalusia (Spanyol) Ibn Dihya, yang berperan serta dalam maulid di Arbela pada 1207. Digubah dengan gaya prosa dengan suatu economium puitis, karyanya memiliki karakteristik dengan judul Kitab at-Tanwir fi Maulid as-Siraj al-Munir (Buku Pencerahan tentang Kelahiran Dian yang Bersinar), yang  di dalamnya cahaya-mistisisme diasosiasikan dengan Muhammad begitu jelas. Dua pengikut Hambali, Ibn al-Jauzi, dan satu setengah abad kemudian, Ibn Katsir, menuliskan risalah-risalah tentang maulid. Karya-karya puitis tentang peristiwa penting ini juga digubah secara relatif lebih awal.” (hal.152)

“Ibn al-Jawzi, tanpa syak lagi, seorang teolog Hambaliyah yang serius dan kritis dan bukan seorang penyair mistis, menulis dalam buku maulid-nya, yang merupakan jenis pertama dari karya ini:

Ketika Muhammad lahir, para malaikat berseru dengan suara riuh rendah. Jibril datang dengan berita gembira dan Arasy berguncang. Bidadari-bidadari keluar dari kastil-kastil mereka dan wewangian pun menyebar. Ridhwan, penjaga surga, disapa: “Agungkanlah surga tertinggi, angkatlah tirai dari surga, kirimlah serombongan burung dari burung-burung surga Adn ke tempat kediaman Aminah sehingga mereka bisa melemparkan mutiara dari setiap mulut mereka,” dan ketika Muhammad lahir, Aminah melihat cahaya, yang menyinari istana Bostra. Para malaikat mengelilinginya dan merentangkan sayap mereka. Barisan malaikat mengidungkan pujian, turun, dan memenuhi bukit dan lembah.” (hal.150)

“Adalah penting untuk mengingat bahwa Muhammad lahir suci dari segala kekotoran jasadi.” (hal. 152)

“Keyakinan bahwa sebuah maulud [kidung kelahiran Nabi] memiliki kekuatan rahmat tidak khusus untuk Muslim Turki. Keberkahannya dikenal di mana-mana di dunia Muslim… Dari Abad Pertengahan hingga seterusnya dipercaya bahwa pembacaan maulud akan memberi ganjaran duniawi maupun ukhrawi kepada para pendengar.

Hasut; Sifat Buruk yang Membakar Keimanan!


 

Satu dari penyakit hati yang buruk dan sangat berbahaya adalah hasut. Banyak orang yang mengidap penyakit hasut, tapi tidak menyadarinya. Hasut sangat berbahaya tidak hanya bagi setiap individu, tapi bagi masyarakat.

Ulama akhlak menggolongkan penyakit hasut dalam kategori sifat paling tercela. Karena hasut memiliki dua dampak merusak; merugikan orang yang hasut dan orang yang dihasuti dalam bahaya akan dihancurkan. Kebanyakan masyarakat berada di antara dua kondisi ini.

Hasut menyerang siapa saja dan dari kalangan manapun. Penyakit hasut tidak menyerang satu kalangan tertentu. Penyakit ini dapat menyerang orang dari kalangan atas, atau kalangan miskin. Jangan membayangkan bahwa mereka yang berasal dari kalangan atas dan kaya, tidak terkena penyakit hasut, hanya dikarenakan hidupnya secara material berkecukupan. Karena orang-orang kaya yang terkena penyakit ini juga banyak.

Hasut membakar iman

Dalam buku Wasail Syiah diriwayatkan dari Imam Shadiq as, “Hasut membakar keimanan seperti api membakar kayu.”

Hal ini dikarenakan tahapan paling ringan dari hasut adalah berbicara buruk dan gibah. Dalam ilmu akhlak, gibah adalah menampakkan titik hitam dan kelemahan orang lain. Gibah tergolong dosa besar dalam Islam. Bila seorang yang hasut tidak mampu meraih tujuannya lewat gibah dan menyebarkan kelemahan orang, maka pada waktu itu orang tersebut akan melangkah lebih jauh dan melemparkan tuduhan. Ia akan menuduh orang yang dihasuti dengan tuduhan yang tidak-tidak. Ia akan menyebarkan kabar bohong tentang orang yang dihasuti.

Orang yang hasut senantiasa tersiksa dan terbakar dengan sengatan dari dalam dirinya sendiri. Ia berperang dengan semua orang, hingga maut menjemputnya. Oleh karenanya, hasut dalam seluruh tahapannya adalah dosa. Setiap hari berlalu, sifat hasutnya bertambah besar dan dosanya bertambah banyak, sementara imannya semakin sedikit. Benar, hasut membakar keimanan seseorang, sebagaimana api melahap kayu bakar.

Terkadang hasut sedemikian besarnya sehingga membuat orang yang hasut melakukan bunuh diri, seperti peribahasa yang menyebutkan keledai menghendaki kematian agar dapat menyakiti tuannya! Kebodohan keledai membuatnya harus melakukan bunuh diri agar dapat membuat tuannya merasa rugi. Sebuah transaksi yang sangat aneh! Karena seratus persen perbuatan ini merugikan dirinya sendiri dan mungkin hanya satu persen yang merugikan orang lain. Hasut seperti ini. Karena mereka yang mengidap penyakit ini akan menutup mata dan telinganya.

Orang yang hasut telah memusnahkan perasaannya dan merusak inderanya. Ia tidak dapat berpikir dengan benar serta memilih dan memilah dengan benar. Oleh karenanya, dirinya yang paling pertama terbakar sebelum berusaha membakar orang lain. Tapi anehnya, orang yang hasut ternyata merasa gembira dan itu akibat dari kerusakan indera yang terjadi pada dirinya. Karena akal sehat tidak bekerja dengan baik dalam dirinya. Itulah mengapa orang yang terkena penyakit hasut merupakan bentuk lain dari orang gila. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Sumber: Mehr News

Akibat Menyombongkan Diri Di Hadapan Rasulullah Saw


 

Ubai salah seorang pemuka zalim dan musyrik yang sombong. Ia sangat membenci dan memusuhi Rasulullah Saw. Suatu hari Rasulullah Saw lewat di samping Ubai. Begitu pandangan mata Ubai mengarah kepada Rasulullah Saw, dengan kurang ajar sambil menunjuk kudanya ia berkata, “Hai Muhammad! suatu hari aku akan mengendarai kuda ini untuk memerangi kamu dan akan kubunuh kau!”

Dengan tenang dan tersenyum Rasulullah Saw menjawab, “Boleh jadi sebaliknya dan aku yang membunuhmu!”

Setelah beberapa lama terjadilah perang Uhud (pada tahun 3 setelah Hijrah). Ubai berada di barisan musuh. Begitu perang dimulai, dengan suara lantang Ubai berkata, “Di mana Muhammad! Hai Muhammad! Hari ini aku datang untuk membunuhmu!”

Rasulullah menuju medan pertempuran dan berkata, “Demi Allah! Kau tidak akan bisa melepaskan diri!”

Kemudian Rasulullah Saw mengambil tombak salah satu sahabatnya dan langsung melemparkannya ke leher Ubai. Leher Ubai terluka. Ia terjatuh dari kudanya dan berteriak, “Aah… Muhammad telah membunuhku!”

Teman-teman Ubai membawanya ke tepi dan menenangkan hatinya seraya berkata, “Jangan takut! Tidak terjadi apa-apa…lukamu tidak parah. Mengapa kamu tidak tenang?!”

Namun Ubai tetap berteriak-teriak dan berkata, “Tidak. Pukulan Muhammad benar-benar mengenaiku. Kalian tidak tahu, suatu hari kepadaku ia berkata, “Aku akan membunuhmu! Berarti aku akan mati dengan luka ini…!”

Kenyataannya memang demikian. Sehari setelahnya Ubai tewas! (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)

Sumber: “Sad Pand va Hekayat” Nabi Muhammad Saw.

Teen Girls Who Smoke Suffer Decreased Bone Accumulation And May Be At Increased Risk For Osteoporosis


sex_drive_killers-NPP

Teenage girls who smoke accumulate less bone during a critical growth period and carry a higher risk of developing osteoporosis later in life, according to new research in the Journal of Adolescent Health.

In a study, researchers at Cincinnati Children’s Hospital Medical Center report the data can be useful for developing strategies to help prevent osteoporosis (a disease where bones lose mineral density and become brittle) and bone fractures. The study points to the largest negative impact on bone mineral density occurring in the lumbar region of the spine and the hips – areas of particular fracture risk for older women with osteoporosis.

“Osteoporosis is a costly health problem affecting an estimated 10 million Americans, with an additional 34 million considered at risk,” said Lorah Dorn, PhD., principal investigator and director of research in the Division of Adolescent Medicine at Cincinnati Children’s. “To our knowledge this is the first longitudinal study to test and demonstrate that smoking by girls, as well as symptoms of depression, have a negative impact on bone accrual during adolescence.”

Numerous studies have been conducted in adults showing a link between smoking and decreased bone density accrual. Dorn and her colleagues focused their research on adolescent girls as they progressed through their teens because this is when 50 percent of bone accrual occurs.

“As much bone is accrued in the two years surrounding a girl’s first menstrual cycle as is lost in the last four decades of life,” Dorn explained.

The researchers set out to determine the impact of smoking, symptoms of depression and anxiety and alcohol use on bone accrual in girls aged 11 to 19 years. The study enrolled 262 healthy girls from the Cincinnati area in age groups of 11, 13, 15 and 17 years.

The girls received annual clinical exams for three years at which measurements were taken for total body bone mineral content and bone mineral density. Using established measures the girls self-reported how often they smoked or used alcohol and any symptoms of depression or anxiety.

Researchers said high-frequency smoking was associated with a lower rate of lumbar spine and total hip bone mineral density from the age of 11 to age 19. Higher depressive symptoms were associated with lower lumbar spine bone mineral density in all ages. Also, the researchers reported that alcohol intake had no impact on any bone outcomes.

Dorn said the data show that bone mass was essentially equal among study participants at age 13, regardless of how much or little the girls smoked. As the girls progressed through their teen years, heavier smokers had a lower rate of bone mass accrual in the hip and spine than girls who smokes less frequently.

Girls in the study who reported a higher rate of symptoms for depression continued to accrue bone, but at a lower upward trajectory than girls who reported fewer depressive symptoms.

The researchers stressed that the current study should be followed up with additional research to include a broader geographic area and races other than black and white girls. They also noted the sample of girls in the current study fell below recommended national guidelines for calcium intake and physical activity, and that the findings may not generalize to girls who meet those standards. (© Singapore SPORTS and Orthopaedic Clinic)

Perbedaan antara Islam dengan Feminis dalam memandang wanita


Bilal. Selasa, 15 Januari 2013 08:12:35

(Arrahmah.com) – Isu-isu diskriminasi yang sering dinyanyikan oleh kaum sekuler ketika mengkritik Islam dalam mengatur wanita seakan tak ada habisnya. Berbagai cara mereka suarakan sebagai upaya untuk menghipnotis masyarakat  tanah air terutama yang berstatus agama Islam agar mereka keluar dari keyakinan-keyakinan yang di anggap sebagai aturan yang diskriminasi dalam memperlakukan hak dan kewajiban perempuan.

Tentu hal ini sangat menyedihkan karena masyarakat oleh kalangan sekuler di ajak untuk berfikir model feminis yang notabene adalah gerakan yang lahir dari cara pandang ala barat, dimana di dunia mereka tidaklah dikenal istilah etika, moral, adab dan iman. Selain itu juga disebabkan sikap keputus asaan dalam menerima kondisi sosial serta sejarah masyarakat Barat yang tidak bisa menghargai dan menjunjung tinggi kehormatan kaum hawa serta dogma gereja yang tidak memihak kepada wanita.

Memahami keadaan dengan keyakinan rasionalitas dan materialis inilah yang menjadi sebab kemunculan kaum feminis dalam menyuarakan bahwa mereka bukanlah makhluk yang harus selalu dinomor duakan sesudah laki-laki atau korban dari pada faham patriarkhi yang menjadikan kaum pria sebagai makhluk yang selalu mendominasi dalam seksualitas.

Selanjutnya usaha keras mereka untuk memahamkan kepada dunia bahwa perbedaan aspek bilogis tidaklah menjadikan wanita sebagai kaum yang lemah dan tidak bisa berkiprah dalam dunia pembangunan, dan pendidikan. Selain itu juga mereka menuntut agar dapat disamakan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan, sehingga mereka bisa bergerak bebas di ranah mana saja baik di bidang private maupun public.

Dalam perjalanan waktu dari penyebaran faham feminis ini, Barat sebagai rahim dalam melahirkan ideologi tersebut pun sampai sekarang belum bisa membuktikan bahwa wanita disana sudah tidak lagi mengalami kekerasan atau pelecehan seksual, malah hal yang terjadi adalah sebaliknya bahwa satu dari 6 orang wanita Amerika pernah menjadi korban perkosaan. Dan data statistik menunjukkan 17,7 juta wanita di sana pernah menjadi korban percobaan perkosaan atau perkosaan sebagaimana yang di himpun dalam organisasi nasional AS untuk anti kekerasan seksual yakni Rape, Abuse, and Incest Nastional Network (RAINN) dalam situs www.rainn.org.

Maka jangan kaget ketika nanti di dapati sekelompok wanita muslimah yang sudah terhipnotis pemikiran feminis melakukan aksi protes untuk tidak ingin hamil atau menuntut agar diberlakukan iddah bagi laki yang cerai akibat dari efek ideologi feminis yang mulai mereka paksakan untuk masuk kepada ranah agama terutama agama Islam yang mereka klaim sebagai agama yang berlaku diskrimatis dan menindas hak-hak perempuan.

Islam dalam memandang wanita

Berikut ini adalah cuplikan dari khutbah haji wada’ Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam yang memperintahkan kaum pria agar mereka bertaqwa dalam melindungi hak-hak wanita,

Bertaqwalah kalian kepada Allah dalam urusan wanita, karena kalian mengambil mereka dengan amanah Allah, kalian halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Untuk itu, hak kalian adalah bahwa istri-istri kalian tidak boleh menghamparkan alasnya kepada orang yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan itu , pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Sedang hak mereka yang merupakan kewajiban kalian diberi nafkah dan sandang yang layak.” (Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri. Ar-Rakhiqul Makhtum hal: 201)

Praktek kehidupan di Barat yang menjadikan wanita sebagai korban kekejian para lelaki sudahlah merupakan mata rantai yang tidak pernah terputus sejak zaman Yunani kuno dahulu kala, di mana mereka hanya dijadikan budak-budak pemuas yang pada akhirnya kaum wanita marah dengan mengusung sebuah faham yang mereka sebut sebagai feminis.

Sungguh ini sangat berbeda dengan ajaran Islam dalam menempatkan wanita pada posisi yang mulia di mata agama. Mereka adalah makhluk yang harus di lindungi dan di jaga oleh laki-laki karena fitrah mereka yang mempunyai jasad yang lemah. Mereka juga merupakan makhluk yang suci sehingga tak berhak seorang laki-laki merampas hak dan mendzalimi mereka.

Wanita diwajibkan berjilbab juga bukan dengan tujuan untuk mendiskriminasikan mereka, tetapi lebih kepada arti yang mendalam dengan sebuah tujuan agar kehormatan mereka terjaga serta aurat mereka tertutup dari hal-hal haram yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam kebinasaan. Ini semua adalah konsekuansi bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dalam menempatkan wanita dalam posisi yang mulia.

Berbeda dengan barat dimana mereka tak mengenal istilah menutup aurat, praktek seks bebas para remaja, kumpul kebo, perkosaan berikut juga tindakan seks yang menyimpang seperti homoseks dan lesbian merupakan sebuah panenan dari ketidak imanan mereka kepada Allah Ta’ala.

Sara Bokker, salah seorang muallaf mantan artis dan model terkenal di Amerika Serikat yang kini menjadi seorang direktur komunikasi di The March for Justice pun merasa jenuh terhadap cara pandang hidup masyarakat Barat yang hanya bisa memuaskan nafsu jasmani mereka saja, sehingga dia menjadi seorang muslimah karena Islam dapat mengisi kekosongan rohaninya yang dulu selalu di jajah oleh kesenangan-kesenangan duniawi belaka.

Kehormatan dan kemuliaan itulah yang hanya bisa dinikmati oleh wanita yang beragama Islam, karena seluruh tindak tanduk mereka diatur langsung oleh Sang Pencipta mereka sehingga tak perlu lagi para muslimah menuntut agar hak-hak mereka harus disetarakan dengan laki-laki karena mereka juga faham bahwasanya Islam telah menempatkan mereka secara adil dan sesuai dengan fitrah sebagai seorang wanita.

Tetapi, pada hari ini juga ditemukan sebagian muslimah yang merasa telah didiskrimatifkan oleh agama sehingga muncullah sosok feminis muslim seperti Aminah Wadud yang memimpin aksi kontroversial seperti menjadi  khatib dan imam sholat Jum’at. Yang kemudian tindakannya di copy oleh aktivis-aktivis liberal di berbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia.

Tentu segala perbuatan mereka adalah hasil dari kajian para feminis di dunia Barat yang kemudian mereka adopsi untuk memahami ajaran syari’at Islam. Framework feminis yang notabene adalah kumpulan cara pandang orang-orang tidak beriman dimana mereka selalu mengedapankan rasionalis dan materialis berusaha untuk di pakai dalam memahami Islam yang sejak awal bersumber dari wahyu Allah Ta’ala.

Maka antara konsep kafir yang mendewakan akal lalu kemudian di paksakan untuk memahami Islam yang di dasari iman pasti menghasilkan sesuatu yang absurd. Dan inilah yang dipraktikan oleh wanita yang mengklaim dirinya sebagai feminis muslim dimana cara pandang mereka bukan lagi atas dasar iman. Sehingga wanita yang pada awalnya sudah mulia di mata agama Islam kembali dirusak oleh sekawanan orang-orang Islam yang terpengaruh pola fikir laa iimaana (tidak beriman) ala Barat.

Kemuliaan wanita dalam Islam yang menempatkan mereka dalam posisi adil tidak akan pernah ditemukan dalam ajaran manapun, dari sejak lahir hingga wafat wanita diberlakukan sesuai dengan fitrah kodrati mereka. Sehingga ketika ada wanita muslimah yang mengatakan bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang diskriminatif terhadap wanita, sungguh orang tersebut bukan karena tidak tahu tentang keadilan Islam akan tetapi otak dan pola fikir mereka telah tercuci oleh cara pandang hidup Barat yang sejak awal selalu memberlakukan wanita secara tidak adil dan tidak beradab serta ingkar terhadap keimanan, dimana timgullah pejuang feminis yang pada akhirnya berusaha untuk memberontak dari fitrah kewanitaan yang ada dalam diri mereka. Allahu A’lamu Bish Shawab

Oleh: Zakariya Hidayatullah (Mahasiswa STID Mohammad Natsir)

Keutamaan dan Nilai Wanita Muslim


FASYA SALSABILA & FRIENDS

Perilaku manusia punya pengaruh luar biasa guna dalam upaya mencapai keutamaan dan nilai-nilai yang tinggi. Dari sini dapat diketahui betapa pengetahuan yang tinggi, makrifat dan hikmah tanpa tanding yang dimiliki oleh Sayyidah Fathimah Zahra as dalam usia mudanya sangat berkaitan erat dengan usahanya yang diterapkan dalam perilakunya. Anak perempuan Rasulullah saw ini senantiasa menjadi penggerai penuh kasih atas kesedihan ayahnya, menjadi isteri penuh pengorbanan bagi suaminya dan pendidik agung buat anak-anaknya. Pribadi-pribadi besar seperti Imam Hasan as, Imam Husein as dan Sayyidah Zainab as adalah hasil didikannya. Sayyidah Fathimah Zahra as selalu beribadah demi memperkuat iman dan membersihkan dirinya. Ibadah membuat hatinya terbuka agar cahaya ilahi dan jalan makrifat memasukinya. Ia menjauhkan dirinya dari berbagai bentuk kemewahan dunia. Dan dalam membela Islam, Sayyidah Fathimah Zahra as menjadi teladan, bahkan menjadi mujahid terbesar dalam mendukung Kenabian, Keimamahan dan Wilayah, begitu juga dalam mengabdi pada suami.

Seorang wanita muslim harus berusaha mencari ilmu dan membersihkan dirinya baik spiritual maupun akhlaknya. Tidak peduli akan kemewahan dunia dan dengan menjaga kehormatan dan kesuciannya ia mampu mampu menjauhkan pandangan laki-laki bukan muhrim terhadapnya. Sementara di lingkungan keluarga ia menjadi penenang hati suami dan anak-anak dan penyejuk kehidupan dan lingkungan rumah tangga. Dan di pangkuan penuh kasihnya ia membimbing anak-anak yang sehat, berjiwa baik dan tidak punya masalah kejiwaan.

Mereka yang hidup di dunia kebodohan, lalai dan sesat peradaban Barat selalu mengaku sebagai pembela hak-hak wanita dan hak asasi manusia (HAM), pada hakikatnya mereka yang menindas wanita. Bagaimana tidak. Mereka meneriakkan berbagai slogan tentang kebebasan wanita, namun pada saat yang sama mereka menjadikan wanita sebagai alat pemuas laki-laki tak bermoral. Menurut keyakinan kita, kezaliman terhadap wanita yang ada dalam budaya Barat yang payah dan pemahaman salah terhadap wanita dalam karya-karya dan seni Barat begitu luar biasa sepanjang sejarah. Kezaliman global terhadap wanita tidak hanya terbatas pada periode terakhir yang bersumber dari peradaban Barat. Karena menurut kami, apa yang terjadi di Barat dengan slogan kebebasan wanita sejatinya bukan kebebasan wanita, namun pada hakikatnya kebebasan pria tak bermoral menjadikan wanita sebagai pemuas dirinya.

Orang-orang Barat tidak saja melakukan kezaliman terhadap wanita dalam arena kerja dan aktifitas industri tapi juga di bidang seni dan sastra. Pandangan mereka terhadap wanita dalam karya seni, cerita, film dan lukisan mereka mencerminkan kenyataan ini. Orang-orang Barat hanya menganggap wanita sebagai sebuah makhluk pengkonsumsi, pemboros dan pekerja murahan. Namun bagaimana dengan Islam?

Islam tidak menganggap hal-hal tersebut sebagai nilai bagi wanita. Islam setuju bila wanita bekerja bahkan pekerjaan bagi wanita perlu selama tidak mengganggu kewajiban utama dan pentingnya; mendidik anak dan menjaga keutuhan keluarga. Namun Islam menekankan bahwa pekerjaan wanita tidak boleh bertentangan dengan kemuliaan dan nilai-nilai spiritual kemanusiaannya.

Ketika seorang wanita muslim kembali kepada diri dan fitrahnya, yang terjadi adalah mukjizat besar seperti kekuatan dan keagungan wanita muslim yang kita saksikan setelah kemenangan Revolusi Islam Iran. Kita dapat menyaksikan keagungan Islam di wajah para wanita revolusioner Iran yang tetap teguh mempertahankan hijab, kesucian, tugas sebagai ibu rumah tangga dan mendidik anak mereka dan pada saat yang sama mereka masih bisa belajar dan menuntut ilmu. Kini rakyat Iran memiliki banyak dokter wanita dengan kemampuan luar biasa, wanita-wanita lulusan berbagai bidang dan disiplin ilmu dan para mahasiswi yang giat dan berpotensi sebagai kebanggaan Islam dan Republik Islam Iran.

Tidak ada satu ajaran pun yang mengakui ketinggian nilai dan kemuliaan manusia seperti Islam. Penghormatan terhadap manusia dan hak-hak asasi manusia merupakan salah satu dari prinsip-prinsip Islam. Hak-hak manusia hanya dapat terjamin dan dibela di bawah naungan undang-undang peradilan, hukum pidana, sipil, hak-hak umum Islami. Kita adalah pembela hak-hak asasi manusia.

Petikan dari pidato Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan para wanita dalam rangka hari ulang tahun kelahiran Sayyidah Fathimah az-Zahra as atau “Hari Wanita”. 16/12/1992 (25/9/1371)

Dalam sebuah diskusi saya ditanya, ainallah (di mana Allah)?


Basmalah-NPP

+ Sesungguhnya Allah yang Maha benar, Dia tidak dapat diliputi oleh akal, tidak dapat dicapai oleh penglihatan, tidak dapat ditanya dimana dan bagaimana, serta tidak dapat dikatakan kepada-Nya kenapa dan bagaimana. Karena Dialah yang telah menciptakan dimana dan bagaimana. Segala sesuatu yang tidak dapat anda bayangkan itulah Allah, dan segala sesuatu yang dapat anda bayangkan adalah makhluk.

Imam Ali kw berkata:

“Segala puji bagi Allah yang nilai-Nya tidak terlukiskan oleh pembicara. Tidak terhitung nikmat-Nya oleh para penghitung. Hak-Nya akan pengabdian tidak akan terpenuhi oleh para pengupaya. Tidak dapat dicapai Dia oleh ketinggian intelek dan tidak pula terselami oleh pemahaman yang bagaimanapun dalamnya. Ia, yang sifat-Nya tiada terbatasi lukisan, pujian yang tepat tidaklah maujud (Maha ada). Sang waktu tidaklah dapat memberi batas, dan tidak kurun yang mengikat-Nya.

Pangkal agama adalah ma’rifat-Nya, dan kesempurnaan ma’rifat-Nya adalah membenarkan-Nya dan kesempurnaan iman kepada keesaan-Nya adalah ikhlas kepada-Nya, dan kesempurnaan ikhlas kepada-Nya, adalah menafikan sifat yang diberikan kepada-Nya, karena setiap sifat membuktikan bahwa ia bukanlah yang disifati dan setiap yang disifati membuktikan bahwa Ia bukanlah sifat.

Dan barangsiapa menyifatkan Allah yang Maha Suci, maka ia telah memberikan pasangan kepada-Nya. Dan barangsiapa memberi pasangan kepada-Nya maka ia telah menggandakan-Nya. Dan barangsiapa mengganda kan-Nya, maka ia telah membagi-bagi-Nya. Dan barangsiapa membagi-Nya, maka ia telah berlaku jahil kepada-Nya. Dan barangsiapa berlaku jahil kepada-Nya berarti ia telah menunjuk-Nya. Dan barangsiapa menunjukkan-Nya, berarti telah memberi batas kepada-Nya.

Dan barangsiapa membatasi-Nya, berarti memberi jumlah kepada-Nya.Dan barangsiapa berkata; ‘Di dalam apa Dia berada’ maka ia telah menyisipkan-Nya, dan barangsiapa berkata; ‘Di atas apa Dia berada’ maka sungguh Ia lepas dari hal tersebut.

Dia maujud, Maha ada, tetapi tidak muncul dari proses kejadian. Ia ada, tetapi tidak dari tiada. Ia bersama segala sesuatu, tapi tidak berdampingan. Dan Ia tidak bersama segala sesuatu, tanpa saling berpisahan. Ia bertindak, tetapi tidak berarti ia bergerak dan menggunakan alat. Ia Maha Melihat tapi tidak tergantung makhluk untuk dilihat. Ia Maha Esa dan tiada sesuatupun yang menemaninya, dan tidak merasa sepi karena ketiadaan” (Nahjul Balaqhoh terjemahan O.Hashem, Syarah oleh M. Hashem, Yapi 1990, Khotbah Pertama halaman 108-109)

Segala sesuatu yang kamu bayangkan, meskipun dalam bentuk yang paling rumit, dia itu makhluk seperti kamu. Keseluruhan pengenalan Allah ialah ketidak mampuan mengenal-Nya.  (Catatan: Yusuf Badruzaman:http://www.facebook.com/yusuf.badruzaman )

Warga Paccerakkang Terisolasi


MAKASSAR, FO — Warga kodam III Keluarahan Paccerakkang Kecamatan  Biringkanaya, Kotamadya Makkassar hingga Minggu malam, 6 Januari, pukul  19.30 Wita masih mengalami banjir. Sebagian besar terpaksa dievakuasi di  tempat lebih aman akibat luapan air yang terus meninggi. Ini membuat  mereka terisolasi.
Kondisi air di beberapa blok sudah mencapai dada orang dewasa. Malam  ini, pukul 20.00 Wita, warga mendapat bantuan nasi bungkus dari tim  relawan, kendati hanya dijatah satu bungkus per kepala keluarga (KK).  Kondisi semakin memprihatinkan sebab pemadaman bergilir, membuat tim  relawan susah bergerak cepat.
Hal ini menyulitkan warga untuk beraktifitas mencari bantuan logistik  serta menimbulkan rasa takut khususnya perempuan dan anak-anak. Untuk menggunakan jasa rakit mengangkut kendaraan roda dua keluar dari kompleks, warga terpaksa mengeluarkan uang Rp 20 ribu.
Sebagian warga kodam III juga terlihat mengungsi di ruko pelangi Jl  Paccerakkang namun dibebani uang sewa 70 ribu permalam oleh pemilik  ruko. Bantuan yang turun belum bisa mencover semua kebutuhan korban  karena minimnya fasilitas yang di sediakan.
Warga saat ini mengaku khawatir dengan informasi pasangnya air akibat  dampak banjir di Kabupaten Maros. Hal ini mengingat adanya sungai di  belakang kompleks Kodam III yang memiliki hulu di wilayah Maros.(rhd)