ISIS Umumkan Serangan ke Arab Saudi pada Hari Raya Idul Adha


373a122050082eb023f9fa72e9f170d1_XL

Sebagaimana dilaporkan Press TV (26/8), kelompok teroris ISIS mengumumkan waktu dilakukannya serangan-serangan teror di Arab Saudi adalah pada Hari Raya Idul Adha.

Kelompok teroris Al Qaeda rencananya akan memberikan sumber-sumber finansial dan perlengkapan militer kepada ISIS untuk melancarkan serangan-serangan ke Arab Saudi.

Berdasarkan laporan ini, negara-negara seperti Qatar, Mesir, Yordania dan Uni Emirat Arab akan bekerjasama untuk mencegah serangan-serangan ISIS ke Arab Saudi ini. (IRIB Indonesia/HS)

Islam dan Pengabdian kepada Masyarakat


logo

Individualisme merupakan salah satu karakteristik masyarakat Barat yang berusaha diekspor ke negara-negara lain. Mayoritas masyarakat Barat lebih mementingkan dirinya sendiri dan secara maksimal memanfaatkan aspek material kehidupan ketimbang memikirkan orang lain. Penyebarluasan virus individualisme di tengah masyarakat telah memudarkan nilai-nilai seperti, saling membantu, gotong royong, dan mengabdi kepada orang lain. Manusia secara alamiah adalah makhluk sosial dan senantiasa memerlukan bantuan dan pertolongan sesama. Kaidah akal juga membenarkan masalah ini.

Membantu antar-sesama diakui oleh semua agama langit, banyak paham pemikiran, dan seluruh komunitas manusia. Mungkin atas dasar ini pula, Islam – sebagai sebuah agama fitrah yang paling sempurna – menganggap tindakan mengatasi masalah dan membantu orang lain sebagai salah satu kegiatan mulia dan terpuji. Islam juga menetapkan balasan pahala di dunia dan akhirat untuk setiap pengabdian yang tulus. Dalam Islam, tanggung jawab setiap individu untuk membantu orang lain disesuaikan menurut kemampuan masing-masing dan kegiatan ini dipuji sebagai sebuah prinsip moral dan kemanusiaan.

Dalam Islam, di samping kewajiban-kewajiban finansial yang wajib ditunaikan seperti zakat dan khumus, agama ini juga meminta masyarakat untuk meninggalkan pola hidup konsumerisme dan berlebih-lebihan. Sebagai gantinya, mereka diminta untuk secara sukarela mengeluarkan beberapa persen dari hartanya untuk membantu kaum fakir-miskin.

Imam Jakfar Shadiq as berkata, “… Kebaikan tidak akan sempurna kecuali dengan tiga hal; menyegerakan pelaksanaannya, menganggap kecil kebajikan itu, dan menyembunyikan pelaksanaannya. Jika engkau segera melaksanakannya, hal itu akan mendatangkan kegembiraan dan kesenangan. Jika engkau menganggap kecil kebaikanmu, sebenarnya pekerjaan itu akan terlihat besar di sisi Tuhan. Dan jika engkau menunaikannya dengan sembunyi-sembunyi, engkau telah menyempurnakan kebaikanmu. Ketika saudaramu meminta bantuanmu, maka segeralah penuhi kebutuhannya sebelum ia tidak lagi memerlukan bantuanmu.”

Islam selain mengajak kaum Muslim untuk segera membantu antar-sesama, juga menekankan agar kegiatan mulia ini tidak ditunda pelaksanaannya. Hal ini demi menjaga harga diri dan kehormatan saudara seiman, jadi berilah sebelum ia meminta. Imam Shadiq as berkata, “Allah akan memberi pahala atas kebaikan dan pengabdian seseorang kepada orang lain ketika ia memenuhi kebutuhan itu saat sebelum diminta. Akan tetapi, jika ia sudah meminta, mungkin saja rasa malu akan tampak di wajah saudaranya dan membuatnya memerah. Jika engkau ragu apakah akan memenuhi kebutuhan saudaramu atau tidak, sumpah atas nama Tuhan dan sekali lagi sumpah atas nama Tuhan, jika pun engkau memberi seluruh harta yang engkau miliki, itu tidak akan cukup.”

Ucapan tersebut memperjelas bahwa Islam sama sekali tidak mentolerir aksi-aksi yang mencoreng harga diri orang lain walaupun dalam menyalurkan bantuan. Kita harus menghormati kepribadian mereka karena kedudukan manusia sangat mulia dan bernilai.

Setiap individu mampu menjadi pengabdi sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Pengabdian mencakup semua bentuk pekerjaan baik serta mendatangkan keuntungan dan manfaat bagi orang lain. Kita harus menyegerakan perbuatan baik dan pemberian bantuan kepada orang lain, karena mungkin besok akan terlambat dan kita tidak memiliki kesempatan lagi untuk melakukannya.

Suatu hari seorang miskin datang menemui Imam Hasan as dan meminta bantuan kepadanya. Beliau segera memakai sepatunya dan mengambil langkah cepat. Di tengah jalan, beliau menyaksikan Imam Husein as di masjid yang sedang shalat. Imam Hasan as kemudian berkata kepada orang tersebut, “Bagaimana engkau bisa melupakan saudaraku, Husein dan engkau tidak menyapanya?” Orang itu menjawab, “Aku pada awalnya ingin menemui Husein dan meminta bantuannya, tapi karena warga mengabarkanku bahwa Husein sedang itikaf dan tidak bisa keluar dari masjid, aku tidak jadi menemuinya.” Imam Hasan as berkata, “Jika ia tahu dan diberi kesempatan untuk memenuhi kebutuhanmu, itu akan lebih baik baginya dari sebulan itikaf.”

Sebenarnya, mengabdi kepada orang lain dan selalu ingin menuntaskan kebutuhan masyarakat merupakan sebuah keberkahan bagi seseorang. Dalam hidup ini kadang kita menemui banyak nikmat dan keberkahan, tapi kita melewatinya begitu saja, padahal mungkin saja nikmat itu sebuah hadiah dari Tuhan kepada kita. Mengenai hal ini, Imam Husein as berkata, “Ketahuilah bahwa kebutuhan dan kehadiran masyarakat menemuimu termasuk dari nikmat-nikmat Tuhan. Oleh karena itu, janganlah kalian berpaling dari nikmat dan jika itu terjadi, nikmat tersebut akan diberikan kepada orang lain.”

Alkisah, seorang raja memerintahkan para pengawalnya untuk meletakkan sebongkah batu besar di tengah jalan. Kemudian mereka bersembunyi di sebuah sudut jalan untuk menyaksikan apakah ada seseorang yang akan memindahkan penghalang itu atau tidak. Sekelompok pedagang dan saudagar kaya melintasi jalan tersebut tanpa mengindahkan batu itu. Sebagian besar masyarakat yang melintas juga mencela raja atas kejadian itu dan menudingnya lalai untuk memperbaiki sarana infrastruktur. Namun, tidak satupun dari mereka yang bersedia memindahkan batu itu dari tengah jalan.

 

Ada banyak warga yang sudah lalu-lalang di sana hingga sampai pada giliran seorang penjual sayur yang datang dari sebuah desa. Orang desa ini seketika meletakkan bawaannya saat menyaksikan sebongkah batu menghalangi jalan dan ia mulai mendorong batu tersebut. Setelah bersusah payah, akhirnya ia berhasil menggiring batu itu ke tepi jalan. Akan tetapi betapa terkejutnya orang desa itu ketika melihat ada sebuah kantong uang di tempat bekas batu tersebut. Kemudian ia membuka kantong itu dan menemukan sejumlah kepingan emas dan selembar kertas di dalamnya yang bertuliskan, “Keping emas ini adalah milik orang yang menyingkirkan batu dari jalan.”

Dengan cara itu, raja ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa setiap rintangan yang ada di hadapan kita, mungkin saja di sana ada sebuah kesempatan untuk maju dan sukses. Di sisi lain, mengabdi kepada masyarakat merupakan cara terbaik untuk memikat hati orang lain. Seorang tokoh berkata, “Berbuatlah kebaikan kepada setiap orang yang engkau kehendaki, niscaya engkau akan menjadi pemimpinnya.”

Imam Shadiq as menilai kegiatan menolong orang lain dan mengatasi masalah mereka akan mendatangkan kebahagiaan dan keberuntungan. Beliau berkata, “Tuhan memilih sebuah golongan dari hamba-hambanya untuk mengabdi dan membantu kaum papa dan pengikut Syiah dan sebagai balasan atas pengabdian itu, Dia memberi pahala surga kepada mereka, jika kalian mampu jadilah bagian dari mereka.” Dapat disimpulkan bahwa seorang pengabdi biasanya akan semakin antusias untuk berbuat baik kepada orang lain karena ia ingin membukukan pahala surga dan nama harum di buku catatan amalnya. (IRIB Indonesia/RM)

Bandung Banyak Cetak Hafizh Quran


Kamis, 14 Agustus 2014, 10:50 WIB

Antara
Hafizh Quran
Hafizh Quran

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Allah SWT telah menciptakan manusia dengan ajaran kepadanya penjelasan, dan menurunkan kepadanya Alquran. Alquran sebagai sumbet nasihat, obat, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beran.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa memelihara untuk umatku empat puluh hadist tentang agamanya, maka Allah akan membangkitkannya dalam golongan orang-orang yang mengerti masalah agama dan aku akan menjadi pemberi syafaat dan menjadi saksi untuknya pada hari kiamat.”

Itu yang disebutkan guru besar di Pasantren Najmul Hidayah, Kp.Cikuda, Pasir Biru, Cibiru Bandung, KH.A. Harun Al Rosyid (Maulana Harun)  pada saat acara wisuda santri hafizh.

Ia juga menyebutkan, ada banyak kewajiban dan keutamaan bagi pembaca Alquran, salah satunya yaitu memperhatikan tata cara membaca Alquran.

“Alquran hendaknya benar-benar dianggap sebagai firman Allah yang disembah, sebagai perkataan Dzat Yang kita cintai dan kita tuju. Bagi seseorang yang telah merasakan cinta tentu mengetahui nilai surat cinta, tulisan atau ucapannya yang benar-benar terasa di dalam hati. Perasaan dan gelora cinta yang ada pada saat itu tidak mungkin dapat dilukiskan dengan rumusan dan kata-kata,” ujarnya.

Pondok Pasantren Najmul Hidayah ini memang mengajarkan santrinya untuk menjadi hafizh Alquran. Pada 9 Agustus 2014 yang lalu, 8 santri telah berhasil menjadi hafizh dan 70 santri yang sedang menghapal.

Menurut salah satu santri wisudawan hafizh, Arifin (20) penghapalan Alquran ini dilakukan dengan cara pengamalan 24 jam.

“24 jam amalan terus kita lakukan, shalat, dzikir dan lain sebagainya. Dalam shalat kita membaca ayat-ayat Alquran yang kita hapalkan.” ujarnya.

Penghapalan Alquran rata-rata para santri lakukan selama 3 tahun, 1 tahun 10 juz sudah memenuhi target yang ditentukan. Arifin pun menambahkan, setiap harinya dilakukan ‘penyetoran’ ayat sebelum subuh pada pukul 03.30 WIB, karena pada saat itulah otak dan tubuh menjadi sangat ‘sinkron’ untuk melakukan ‘penyetoran’ ayat Alquran.

Wisuda itu pun dihadiri oleh Camat Cibiru, Tatang Muchtar, S.Sos, Msi. Dalam sambutannya ia bersyukur di daerah yang ia ppin banyak hafizh lahir.

“Kita harus banyak bersyukur, karena dengan kita bergaul dan dekat dengan seorang hafizh, kita setidaknya mendapatkan kebaikan dari mereka.” ujarnya.

Keuntungan dari menghapal Alquran juga disebutkan Maulana Harun, penghapalan ini dilakukan agaf menjaga amalan agama dan kecintaan terhadap Alquran.

“Agar ilmu agama tidak hilang dari muka bumi, karena ciri dari datangnya Kiamat yaitu sudah tifak ada lagi ilmu agama yang tersqmpaikan.” ujarnya.

ISIS dan Penghancuran Warisan Budaya Irak


10443609_864507073577987_5035636062188369835_n

Dalam tulisan singkat ini akan diulas mengenai sepak terjang kelompok teroris Daulah Islamiyah fil Iraq wa Syam (DIIS) atau Islamic State in Iraq and the Leavent (ISIL) atau juga lebih dikenal dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)yang merusak dan menghancurkan warisan budaya Irak. Banyak pakar menilai permulaan sebuah perang sebagai tanda hilangnya budaya di antara umat manusia dan sekaligus menyebabkan hancurnya warisan budaya.

Warisan budaya merupakan wakil dari budaya nenek moyang manusia, dan permusuhan terhadapnya adalah permusuhan terhadap sejarah. Tindakan kekerasan anasir-anasir ISIS yang membantai orang-orang tak berdosa bukanlah rahasia lagi bagi masyarakat dunia. Namun langkah-langkah terbaru kelompok teroris tersebut menunjukkan bahwa mereka sedang berusaha menghancurkan warisan budaya Irak sebagai bentuk permusuhan buta kepada sejarah peradaban di kawasan.

Akhir-akhir ini tersiar berita mengkhawatirkan mengenai upaya penghancuran warisan budaya di Irak oleh kelompok teroris ISIS. Sebenarnya, aksi seperti itu bukan pertama kali ini terjadi. Sebelumnya, warisan budaya dunia Islam telah terancam oleh perang dan kelompok teroris. Sebagai contohnya, selama bertahun-tahun lalu, kelompok Taliban di Afghanistan telah berupaya merusak dan menghancurkan warisan budaya negara itu bersamaan dengan aksi anti-kemanusiaan dan pembantaian warga tak berdosa.

9 Maret 2001 adalah hari pahit bagi para pecinta warisan budaya, yaitu hari di mana pasukan Taliban membakar patung Budha terbesar di Bamiyan setelah pemimpin mereka Mullah Mohammed Omarmemberikan fatwa untuk menghancurkan warisan budaya yang sangat berharga tersebut. Hanya selang 24 jam setelah insiden itu, warisan budaya yang memiliki nilai dan keindahan besar itu lenyap tanpa sisa. Sebelum dirusak oleh Taliban, Arca Budha di Bamiyan merupakan patung terbesar Budha dan patung batu tertinggi di dunia.

Irak memiliki sejarah kuno dan peradaban yang luas. Berbagai peradaban yang terbentuk di Mesopotamiatelah meninggalkan peninggalan-peninggalan yang sangat berharga. Di periode Islam, Irak termasuk negara penting Islam, di mana warisan-warisan penting tersimpan di negara Arab itu.

Kelompok teroris ISIS secara eksplisit telah menyatakan bahwa makam-makam dan pusat-pusat keagamaan akan menjadi prioritas pertama untuk dihancurkan. Makam Nabi Yunus as di Masjid Jami di kota Mosul utara Irak dan gereja Khaldean di kota yang sama telah menjadi target pertama ISIS. Para anasir kelompok teroris tersebut telah merusak sebagian besar tempat-tempat suci tersebut termasuk merusak jam dan gereja Khaldean serta patung Bunda Maria.

Beberapa hari lalu, anasir-anasir ISIS juga merusak makam Nabi Shayth (Seth)dan Jirjis di kota Mosul. Menurut laporan situs Alalam, Komite Keamanan Dewan Provinsi Nineveh di utara Irak mengumumkan bahwa kelompok teroris Takfiri ISIS telah membom dua makam penting tersebut. Selain itu, mereka juga meledakkan sebuah tempat ziarah dan beberapa Huseiniyyah dan masjid di barat kota Mosul.

Di masa pendudukan Amerika Serikat dan sekutunya atas Irak pada tahun 2003, banyak peninggalan purbakala yang telah dirusak atau dicuri oleh oknum-oknum tertentu dan hingga kini tidak diketahui nasibnya.

Kuil Hatra adalah peninggalan bersejarah abad ketiga sebelum Masehi yang terletak di tengah-tengah padang pasir. Peninggalan sejarah tersebut terkait dengan masa peradaban kuno sebelum Kristen, di mana kepercayaannya di masa itu tergantung pada dewa matahari dan Shamash.

Kuil tersebut dihiasi berbagai jenis patung dan lukisan di dinding-dindingnya. Patung-patung dan lukisan indah serta tiang-tiang yang besar itulah yang menyebabkan kuil Hatra menjadi peninggalan bersejarah yang paling menakjubkan di Irak.

Hatra adalah salah satu karya berharga dan penting. Arsitektur danbudaya Hatra merupakan campurandari tiga peradaban: Iran, Yunani dan Romawi.Sisa-sisaarkeologi terpentingdari eraParthiaterdapat di wilayah antara sungai Tigris dan Efrat yang berjarak sekitar 105 km dari kota Mosul.

Sejak awal abad pertama Masehi, Hatra menjadi bagian pemerintahan dinasti lokal. Bukti arkeologisdan terjemahanprasastiyang ada di kota tersebut menunjukkan bahwa pada abad ke-2 Masehi, Hatra berkembang pesat dan bahkan di masa itu kapasitasnya meningkat signifikan.

Kebanyakan bangunan Hatra terbuat dari batu kapur dan gipsum serta perpaduanantara arsitekturAssyria, Helenis (Yunani), Parthia dan Romawi. Dinding-dinding kuil utama juga diukir dengan batu dengan motif dan gambar di masa Parthia. Hatra merupakan saksi sebuah kota yang makmur dan indah, namun setelah tahun 241, Hatra mulai tidak terawat dan bahkan rusak akibat gempa bumi.

 

Kini perang dan bentrokan di Irak telah memperburuk kondisi Hatra. Peninggalan berharga yang telah tercatat dalam daftar Situs WarisanDunia(UNESCO) sejak tahun 1985 itu kini dalam kondisi terancam.

 

Menurut laporan para saksi mata, kelompok Takfiri ISIS telah menghancurkan patung Abu Tammam, seorang penyair di masa Abbasiyyah yang terletak di kota Mosul. Mereka juga menghancurkan patungOthman al-Mosuli, musisi Irak abad ke-19, dan makam Ibnu Atsir (Ibnu Athir), seorang filsuf Arab. Patung-patung tersebut adalah simbol kemegahan kota Mosul. Di sisi lain, anasir-anasir ISIS juga menghancurkan makam Izzuddin, seorang sejarawan Arab.

 

Kekhawatiran terhadap warisan budaya di Irak merupakan kekhawatiran yang beralasan, sebab, para teroris sebelumnya telah merusak berbagai peninggalan bersejarah dan tempat-tempat suci di kota Aleppo dan kota-kota lainnya di Suriah. Majalah National Geographic dalam laporan yang mengejutkan telah mengungkap peran dan keterlibatan kelompok Takfiri dalam perdagangan ilegal peninggalan-peninggalan bersejarah.

 

Berdasarkan laporan tersebut, kelompok teroris Takfiri yang aktif di Suriah sejak tiga tahun lalu telah memenuhi keperluan militernya dengan cara menjual barang-barang kuno yang mereka curi dan jarah.

 

Beberapa waktu lalu, seorang petugas intelijen Irak telah mengirim laporan kepada surat kabar The Guardian bahwa pendapatan ISIS tidak diperoleh hanya dari penjualan minyak. Pendapatan mereka merupakan hasil dari penjualan barang-barang kuno dan peninggalan-peninggalan bersejarah yang berhasil mereka jarah.

 

Informasi yang didapat dari 160 kartu memoridi rumah salah satu komandan ISIS menjelaskan dengan detil mengenai sebagian transaksi penyelundupan barang-barang antik dan kuno oleh kelompok teroris tersebut di Suriah.

 

Berdasarkan informasi itu, ISIS memperoleh penghasilan 36 juta dolar hanya melalui transaksi ilegal tersebut. Terkait hal itu, seorang professor dari Universitas Montana Amerika mengatakan, Pola iniadalah persis seperti pola yang sama yang sebelumnya telah digunakan oleh Taliban dan al-Qaeda.

 

Menurut laporan al-Sharq al-Awsat, Menteri Pariwisata dan Warisan Budaya IrakLiwaSmaisimmenyatakan kekhawatiran atas berlanjutnya bentrokan di Irak dan menuntut dukungan PBB terhadap situs-situs purbakala di negara Arab itu. Ia mengatakan, hampir 5.000 daerah arkeologi di kota Mosul, Kirkuk, Diyala, al-Anbar dan Salahuddin terancam dirusak dan dijarah oleh kelompok-kelompok teroris dan terancam rusak akibat operasi militer.

Beberapa hari setelah ISIS menguasai kota Mosul, Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin kelompok teroris tersebut pergi ke Museum Mosul. Anasir-anasir ISIS kepada para pegawai di museum tersebut mengatakan bahwa patung dan berhala tidak islami. Mereka kemudian merusak kunci-kunci gudang dan menduduki gedung Museum Mosul.

Para teroris memerintahkan kepada direktur museum untuk menunggu perintah dari al-Baghdadi apakah semua patung di museum tersebut harus dihancurkan atau dijual untuk membeli senjata.

Kini opini publik mengkhawatirkan nasib Museum Mosul dan berharap jangan sampai penjarahan terhadap Museum Baghdad pada tahun 2003 terulang kembali, di mana setelah satu dekade dari tragedi tersebut, hanya setengah dari 15 ribu peninggalan bersejarah yang dapat ditemukan kembali.

Yang menyakitkan lagi adalah kita saat ini sedang menyaksikan hancurnya karya-karya kuno dan bersejarah di kawasan serta sekaligus melihat merebaknya aksi teror oleh teroris ISIS. Pengrusakan warisan budaya di negara-negara Islam telah sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, lembaga-lembaga internasional seperti UNESCO dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dan lembaga-lembaga sipil serta para pecinta budaya di seluruh dunia khususnya negara-negara Islam harus memikirkan jalan keluar untuk mencegah berlanjutnya kejahatan tersebut. (IRIB Indonesia/RA)

Kabinet dan Pemerintahan Empatik


Senin, 2014 Agustus 11 07:24

is

Oleh: Umbu TW Pariangu*

Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) rupanya tak punya banyak waktu untuk menikmati “bulan madu” politiknya. Selepas ditetapkan sebagai pemenang oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Pilpres 9 Juli, Jokowi-JK sudah harus tancap gas untuk memfinalisasi penyusunan kabinetnya. Terkait komposisi kabinet yang akan dibentuk Jokowi, ia menegaskan bahwa formasi kabinet sudah pasti akan berbentuk kabinet zaken atau kabinet yang diisi orang-orang profesional dan ahli di bidangnya masing-masing.

Artinya, desain kabinet yang selama ini dipenuhi cita-rasa politis dan pragmatisme akan diganti dengan kabinet berisi figur-figur yang berjejak rekam kapabel dan mampu menjiwai persoalan-persoalan pada bidang-bidang tugas yang akan dibebankan di sepajang roda pemerintahan bergulir. Untuk mewujudkannya, Jokowi sudah menempuh berbagai strategi termasuk mendengar aspirasi yang disampaikan rakyat terkait para personil kementerian pilihan rakyat. Seperti diunggahnya lembaran yang diberi nama Kabinet Alternatif Usulan Rakyat (KAUR) di Facebook beberapa waktu lalu. Usulan tersebut tentu bukanlah bersifat intervensionisme terhadap hak istimewa presiden namun lebih mencerminkan semangat publik untuk mengontrol presiden dalam menyusun kriteria terhadap figur-figur kepercayaannya untuk menyukseskan program kebijakan pemerintahan terpilih.

Selain itu, Jokowi juga telah membangun komunikasi yang intens dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka mempersiapkan langkah-langkah transisi pemerintahan yang siap bekerja cepat. Dibentuknya tim khusus dalam kantor transisi di wilayah Menteng yang sudah ditempati Jokowi sejak beberapa waktu lalu, selain sebagai mesin politik yang berfungsi untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan yang ada di tanah air, juga untuk menjalankan misi khusus selayaknya head-hunter (pemburu) calon-calon menteri yang dinilai memiliki kapasitas integritas dan manajerial terbaik untuk bergabung di gerbong utama pemerintahan Jokowi-JK yang akan dilantik pada 20 Oktober mendatang.

Bukan Beban

Rakyat butuh garansi bahwa eksistensi Tim Transisi tidak akan menggerus hak istimewa (private matter) yang melekat dalam kekuasaan presiden sebagai pemutus akhir para “tangan kanan politik” di pemerintahannya. Di titik ini, Jokowi-JK tak boleh bergeser sedikitpun dari prinsip yang sudah diamini sejak awal bahwa spirit dari bangunan koalisi pendukungnya adalah koalisi nir-syarat. Wajar-wajar saja jika frase “tanpa syarat” kemudian ditafsirkan berbeda-beda oleh para politisi. Namun pesan intinya tentu saja agar keberadaan anggota koalisi tersebut tidak membebani pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsi kebijakannya.

Karenanya, demi membangun pemerintahan yang memiliki legitimasi teknokratis-populis, Presiden atas nama aturan (the rules of game) wajib keluar dari jebakan post power syndrom yang kerap menghantui watak politik-demokrasi kita selama ini. Syndrom haus kekuasaan lewat kultur politik transaksional partai-partai besar yang mengitari Istana selama ini terbukti lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya karena kehadiran mereka bukannya untuk menyolidkan mesin pemerintahan dari serangkaian manuver tidak sehati di parlemen namun sebaliknya justru ikut menyandera hak eksekutif presiden dalam menentukan orang-orang dan resep kebijakan yang berpihak pada isu dan kepentingan rakyat. Akibatnya, performa kementerian yang digodok lebih merepresentasikan politik akomodatif yang berporos pada penguatan political actors (ketua partai, politisi bermodal) ketimbang penguatan kualitas dan kelembagaan kekuasaan (Catterberg & Moreno, 2005). Padahal pada titik inilah sejatinya citra dan masa depan pemerintahan dipertaruhkan di hadapan rakyat.

Jokowi atas nama kehendak rakyat yang telah mengusungnya sejak awal, hendaknya jangan takut untuk menolak suara-suara (partai) politik yang intensinya hendak menanamkan pengaruh dan kepentingannya di dalam dapur otonom eksekutif presiden. Sebab model pemerintahan yang dikombinasi kemitraan politik “bersyarat” terbukti hanya mempersulit gerak presiden untuk mensinergikan visi besarnya dengan rencana aksi atau eksekusi kebijakan di lapangan. Betapa sulitnya pemerintah kelak untuk menyatukan dan mendisiplinkan isi kepala pembantunya yang dari awal ternyata hanya mau mengapling pos-pos basah di kabinet sebagai wadah perampasan kapital untuk memenuhi syahwat politik terselubungnya.

Daron Acemoglu dan James A. Robinson (2014) mencoba menjawab pertanyaan kenapa negara semakin hari semakin menciptakan kantong-kantong kemiskinan, dengan menghubungkan maraknya politik ekstraktif (politik transaksional) yang terjadi dan melembaga di institusi pemerintah dan kekuasaan. Implikasi dari kecerobohan tersebut telah merenggangkan jarak politik antara rakyat dengan kekuasaan. Maraknya kasus korupsi yang menimpa kementerian yang dipimpin oleh kader-kader partai belakangan ini merupakan eksemplar yang harus memberi efek siuman politik kepada pemerintah baru agar tidak bermain api dengan politik kompromi. Bahkan hasil survei Pol-Tracking Institute jelas-jelas menunjukkan mayoritas rakyat tidak puas dengan kinerja seluruh menteri yang berasal dari partai politik karena semakin mendekati Pemilu 2014, kinerja mereka terus menurun akibat pendekatan power sharing yang diterapkan oleh pemerintah (Suara Pembaruan, 21/10/2013).

Rakyat mengimpikan kabinet kelak berisikan figur-figur the right man on the right place yang gesit beradaptasi dan siap kerja untuk menggarap terutama persoalan-persoalan teknis seperti kemiskinan, pembangunan daerah tertinggal, peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, hingga perlindungan terhadap para TKI yang ada di luar negeri. Pos-pos kementerian tersebut mutlak diisi orang-orang yang handal kemampuan dan komitmennya untuk memberikan pikiran dan tubuhnya bagi kemaslahatan bangsa.

Empatik

Pengalaman sebelumnya membuktikan, kepemimpinan yang tak terkelola secara meritokratis (azas-azas profesional) kerap menyuburkan aneka kebijakan paradoks yang mengeliminasi harapan dan prioritas kebutuhan rakyat. Bahkan pola tersebut juga bisa menjadi mesin pembunuh repetitif nilai-nilai demokrasi substantif sehingga semakin menjauhkan negara dari implementasi prinsip-prinsip demokrasi yang beradab. Maka, berbagai persoalan mendasar di bangsa ini hanya bisa dikelola dan diatasi oleh siprit kepemerintahan yang oleh Max Weber (1919) dalam Politics as Vocatio, disebut sebagai politik empatik atau kekuasaan yang penuh dengan kecintaan. Suatu kepemimpinan yang memiliki perspektif berbeda dalam memahami dan merumuskan persoalan rakyat, didasari keluasan hati dan moral serta ketegasan dalam memutuskan sikap, termasuk ketegasan dalam menentukan orang-orang yang menjadi tangan kanan politik yang mau diajak bekerja sama tanpa pamrih dan intensi memperluas kekuasaan pribadi/kelompok. Dan semuanya pada akhirnya akan ditentukan oleh kabinet macam apa yang akan disuguhkan Jokowi-JK kepada rakyatnya nanti.(IRIB Indonesia/Liputan Islam)

*Penulis adalah Dosen FISIPOL, Universitas Nusa Cendana, Kupang.

Abu Bakr al-Baghdadi


Sabtu, 2 Agustus 2014 22:58 WITA
Abu Bakr al-Baghdadi Terosesi menjadi Khalifah Baru
Tribunnews
Foto ini diambil dari sebuah video propaganda yang diunggah ke internet pada 8 Juni 2014 oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memperlihatkan para pejuang kelompok itu menaiki kendaraan bak terbuka di dekat kota Tikrit, Irak, Rabu (11/6/2014). Pasukan ISIS berkonvoi setelah sebelumnya merebut kota Mosul dari tangan pasukan pemerintah Irak.
 

POS KUPANG.COM--Abu Bakr al-Baghdadi alias Khalifah Ibrahim memperlihatkan wajahnya untuk pertama kalinya pada khotbah hari Jumat di Mosul, Irak, 5 Juli 2014 silam. Abu Bakar merupakan pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang memprokamirkan diri sebagai khalifah baru, wakil atau pengganti Nabi Muhammad saw. setelah Nabi wafat untuk mewujudkan pan-Islamisme.

Empat tahun lalu, Abu Bakr memproklamirkan kelompok Negara Islami Jihadis Irak. Nama kelompok ini belakangan berubah menjadi Negara Islam Irak dan Suriah. Dan selama empat tahun itu, dia tidak pernah muncul ke permukaan.

Sebelum April 2013, Abu Bakr al-Baghdadi tidak terlalu banyak mengeluarkan pesan audio. Pernyataan tertulis pertamanya adalah sambutannya terhadap tewasnya Osama bin Laden, Mei 2011. Pesan audio pertamanya dikeluarkan Juli 2012, berisi ramalan kemenangan Negara Islam di masa depan.

Sejak kemunculan kelompok tersebut, 15 bulan lalu, informasi tentang Baghdadi yang disediakan untuk media meningkat. Jumlah informasi khusus tentang latar belakangnya juga bertambah.

Juli 2013, ahli ideologi asal Bahrain, Turki al-Binali, yang menggunakan nama Abu Humam Bakr bin Abd al-Aziz al-Athari, menulis biografi Abu Bakr Baghdadi terutama untuk menggarisbawahi sejarah keluarganya. Abu Human menyatakan Baghdadi memang keturunan Nabi Muhammad, salah satu persyaratan kunci dalam sejarah Islam untuk menjadi khalifah atau pemimpin semua warga Muslim.

Baghdadi dikatakan berasal dari suku al-Bu Badri, sebagian besar berada di Samarra dan Diyala, Baghdad utara dan timur. Secara historis penduduknya dikenal sebagai keturunan Nabi Muhammad.

Turki al-Binali menyebut sebelum invasi Amerika Serikat terhadap Irak, Baghdadi menerima gelar doktor dari Universitas Islami Baghdad, yang memusatkan kajian pada kebudayaan, sejarah, hukum, dan yurisprudensi Islam. Baghdadi sempat berkhotbah di Masjid Imam Ahmad ibn Hanbal di Samarra.

Dia memang tidak memiliki gelar dari lembaga keagamaan Sunni seperti Universitas al-Azhar di Kairo atau Universitas Islami Madinah di Arab Saudi. Meskipun demikian dia lebih memiliki pengalaman pendidikan Islam tradisional dibandingkan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden dan Aymen Al Zawahiri, yang keduanya adalah orang biasa, insinyur, dan dokter.
Karena silsilah itulah Baghdadi menerima pujian dan legitimasi yang lebih tinggi di antara pendukungnya.

Setelah invasi AS terhadap Irak tahun 2003, Baghdadi dan beberapa rekannya mendirikan Jamaat Jaysh Ahl al-Sunnah wa-l-Jamaah (JJASJ), Angkatan Bersenjata Kelompok Warga Sunni, yang beroperasi dari Samarra, Diyala, dan Baghdad.

Dalam kelompok ini, Baghdadi menjadi pemimpin dewan hukum. Pasukan pimpinan AS menahannya dari Februari-Desember 2004, tetapi membebaskannya karena Baghdadi tidak dianggap sebagai ancaman tingkat tinggi.

Mengikuti jejak Al Qaeda di Tanah Dua Sungai mengubah nama menjadi Majlis Shura al-Mujahidin (Dewan Syura Mujahidin) pada awal 2006, sejumlah pemimpin JJASJ menyatakan dukungannya dan penggabungan diri.

Dalam struktur baru, Baghdadi bergabung dalam dewan hukum, tetapi tidak lama kemudian organisasi mengumumkan perubahan nama kembali pada akhir tahun 2006 menjadi Negara Islam Irak (ISI). Baghdadi menjadi pengurus umum dewan hukum provinsi di dalam “negara” baru di samping anggota dewan penasehat senior ISI.

Ketika pimpinan ISI, Abu Umar al-Baghdadi, meninggal pada April 2010, Abu Bakr al-Baghdadi menggantikannya.

Incar Minyak
Sejak menjadi pemimpin Negara Islam, Baghdadi membangun dan membangkitkan kembali organisasi yang berantakan karena kebangkitan kesukuan Sunni yang menolaknya. Pada saat yang sama kekuatan militer AS juga meningkat.

Dibandingkan dengan usaha pertama Negara Islam untuk berkuasa dalam sepuluh tahun terakhir, sejauh ini, walaupun masih menggunakan kekerasan, mereka dipandang lebih berhasil, tetap timbul pertanyaan tentang kelangsungannya dalam jangka panjang.

Keberhasilan ini sebagian karena mereka menggabungkan penerapan hukum keras dengan layanan sosial, di samping juga strategi pemberian umpan.
Jika ditelaah, ISIS menargetkan wilayah di sepanjang Sungai Efrat dan Tigris di samping daerah yang memiliki minyak di Irak dan Suriah.

Baghdadi dan pemimpin ISIS lain menyadari monopoli atas energi dan peningkatan kekuatan militer akan memudahkan penghimpunan kekuatan.
Tidak bisa diramalkan secara persis nasib ISIS pada masa mendatang, tetapi Baghdadi jelas membuat organisasinya menjadi lebih dikenal dunia. (bbc/kompas.com)

Editor: benny_dasman
Sumber: Tribunnews

Dari Mana Sumber Dana ISIS?


Monday, 04 August 2014, 05:12 WI
ISIS
 REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD
Tak seperti pemberontak di Irak lainnya, Militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tampak lebih berkembang. Bahkan, kelompok militan itu berhasil membangun kekuatan militer.

Pada 2013 lalu, mereka menguasai Kota Raqqa di Suriah, yang merupakan ibukota provinsi pertama yang sukses dikuasai. Selanjutnya, pada Juni 2014, ISIS juga menguasai Mosul, dan mengejutkan dunia.

Amerika Serikat (AS), menyatakan jatuhnya kota kedua terbesar di Irak merupakan ancaman bagi wilayah tersebut. Melihat fakta di atas, sepertinya ISIS memiliki dana cukup besar.

Mengutip BBC, kabarnya kelompok ini mengandalkan pendanaan dari individu kaya di negara-negara Arab, terutama Kuwait dan Arab Saudi, yang mendukung pertempuran melawan Presiden Bashar al-Assad. Kini ISIS pun menguasai sejumlah ladang minyak di wilayah bagian timur Suriah.

Tak hanya itu, ISIS juga dilaporkan menjual benda-benda antik dari situs bersejarah untuk mengumpulkan dananya. Prof Neumann dari King’s College London, meyakini sebelum menguasai Mosul pada Juni lalu, ISIS sudah mempunyai dana serta aset senilai 900 juta dolar AS, kemudian meningkat jadi dua milliar dolar AS.

Kabarnya, ISIS pernah pula mengambil ratusan juta dollar dari bank sentral Irak di Mosul. Pascamenguasai ladang minyak di bagian utara Irak, keuangan mereka diperkirakan semakin besar.

Kelompok ini beroperasi secara terpisah dari kelompok jihad lain di Suriah, seperti  al-Nusra Front, afiliasi resmi Alqaidah di Irak. ISIS tak memiliki hubungan baik dengan pemberontak lainnya, bahkan cenderung tegang.