PARUNGPONTENG BER-RAMADHAN II


LOMBA MUROTTAL DAN ADZAN TINGKAT DKM PARUNGPONTENG

Tepatnya pada hari Ahad tanggal 19 Ramadhan 1431 H atau tgl 29 Agustus 2010, Insepar Foundation bekerjasama dengan DKM Al Hikmah Kp. Mekarsari Sawah Gede Kp. Parungponteng, melaksanakan perlombaan Murottal Al Qur’an dan lomba Adzan yang di ikuti oleh Sembilan DKM se-Parungponteng.

Acara di mulai tepatnya jam 09.10 dengan pembukaan yang di awali dengan Pembacaan Basmalah, pembacaan Ayat-ayat Suci Al Qur’an, Laporan Ketua Panitia (Bp.Andriyana, S.St, selanjunya sambutan dari Pendiri dan Pembina IF (dr. H. Syarhan, MM)  dan Sesepuh DKM Al Hikmah Mekarsari (Bp KH. Eros Rosidin), ditutup dengan do’a. Dan selanjutnya di mulailah perlombaan tersebut.

Jumlah peserta Murottal sebanyak 13 orang anak putra dan putri,  sedangkan jumlah peserta lomba Adzan sebanyak 12 orang anak putra. Perlombaan berlangsung dengan sangat meriah yang mendapat sambutan cukup baik dari warga untuk menghadiri kegiatan tersebut.

Tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut, disamping untuk mengisi kegiatan Bulan Suci Ramadhan dengan aktifitas yang membangun, juga di harapkan terciptanya putra-putri yang dekat dengan Al Qur’an, senang membaca dan mempelajari isi Al Qur’an. Juga di harapkan adanya semangat baru ” SEMANGAT BILAL BIN RABAH” untuk melangtunkan Adzan yang khusuk sehingga mampu memberikan inspirasi kepada kaum musliman untuk bersegera melaksanakan Sholat.

Kegiatan ini juga dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi antar warga atau DKM se-Parungponteng. Topografi Parungponteng yang berbukit dan dipisahkan oleh sungai dan parit membuat masyarakat sekitar menjadikan event ini menjadi tempat pertemuan terbuka sebagaimana layaknya pertemuan di daerah terpencil.

Dewan juri terdiri dari: Bp. KH Eros Rosidin, Bp. Endang, Bp. M Aling Ridwan, Bp. Cecep Hermawan, Bp. ASde Suhendar, dan Bp. Aceng.

Persaingan sangat ketat, hasil akhir lomba : Untuk lomba Adzan Juara I( Rian) Juara II (Fahmi MS) Juara III (Rizal).

Untuk lomba Murottal Juara I (Dita Tiara Nisa ) Juara II (Aristi Cahya Munggaran) Juara III (Yuni Kardiani ).

Antusiasme penonton dan peserta juga dimanjakan dengan adanya pembagian doorprice yang disediakan oleh panitia. Suasana semakin semarak dan penuh dengan semangat kekeluargaan. Yang dapat juara dan yang belum sangat merasakan indahnya atmosphere sebagai anugerah Bulan Suci Ramadhan.

Somoga kegiatan ini memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada Anak-anak sebagai masa depan agama dan bangsa Indonesia. Insya Allah, Insepar Foundation akan menggelar kegiatan serupa  Ramadhan  tahun depan dengan Peserta yang banyak dan jumlah DKM yang lebih banyak. Amin

PARUNGPONTENG BER-RAMADHAN


Hari Selasa, 7 Ramadhan 1431 H/17 Agustus 2010

Seperti di lingkungan Masjid atau DKM Mesjid umumnya, di Kampung Mekarsari (Sawah Gede) setelah menunaikan rangkaian ibadah Subuh para orang tua dan dewasa kembali ke rumah masing-masing menunaikan kewajibannya. Ada yang bersiap untuk berangkat ke sawah atau lading, ada yang melanjutkan tadarus Al-Qur’an, dan sebagian tentunya karena sedikit ngantuk dan lemas melanjutkan tidur atau istirahatnya. Anak-anak sendiri punya kegiatan ba’da Sholat Subuh yaitu sebagian besar mengikuti pengajian atau kajian yang dibantu dan dipandu oleh para ustad/ustadza yang dengan kerelaan hati memberikan waktu dan pikirannya.

Pengajian untuk anak-anak ini berlangsung dalam suasana kekeluargaan. Terkadang anak-anak duduk atau berbaring tengkurab (nangkuban) dengan santainya mengikuti sambil mencatat penyampaian para ustad, bahkan ada yang sampai ketiduran sejenak.  Biasanya kegiatan tersebut ditutup dengan Tanya jawab dan yang penting tentunya meminta tanda tangan para ustad dan ustadza sebagai bukti telah mengikuti kegiatan tersebut.

Begitu anak-anak  bubar, biasanya anak laki menyerbu untuk memukul beduk yang disediakan di depan Masjid. Kegembiraan luar biasa bagi mereka jika berkesempatan memukul beduk tersebut dengan irama yang mereka ciptakan sendiri.

Masih dalam rangkaian kegiatan Ramadhan, Insepar Foundation hari ini sedikit memberikan perhatian kepada para Tukang Parkir yang melakukan tugas mulia mereka di seputaran kota Tasikmalaya. Dengan dibantu oleh para simpatisan kegiatan Insepar Foundation, membagikan hidangan buka puasa (Tajil) kepada mereka. Alhamdulillah, sambutan hangat, haru dan kebahagiaan terpancar dari tanggapan mereka saat menerima bingkisan tersebut. Kami teri ngat dengan do’a kehidupan yang disunnahkan untuk dibaca disetiap selesai melaksanakan sholat fardhu di Bulan Suci Ramadhan bahkan sebaiknya juga di baca di luar ramadhan, yaitu:

“ Ya Allah. Anugerahkanlahkebahagiaan kepada para penghuni kubur. Ya Allah, berikanlah kekayaan kepada semua orang fakir. Ya Allah, kenyangkanlah semua yang lapar. Ya Allah, berikanlah pakaian kepada semua yang telanjang. Ya Allah, tunaikanlah hutang  semua orang yang berhutang. Ya Allah, lapangkanlah yang kesusahan. Ya Allah, dekatkanlah setiap yang jauh. Ya Allah, bebaskanlah semua yang tertawan. Ya Allah, perbaikilah semua kerusakan dalam urusan kaum muslimin. Ya Allah, sembuhkanlah setiap yang sakit. Ya Allah, tutupilah kemiskinan kami dengan kekayaan-Mu. Ya Allah, ubahlah keburukan keadaan kami dengan keaikan keadaan-Mu. Ya Allah, tunaikanlah utang-utang kami dan bebaskanlah kami dari kemiskinan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” Amin

Sepanjang perjalanan dari Parungponteng atau Kantor Insepar Foundation menuju kota Tasikmalaya, saya meyempatkan diri untuk memotret keadaan jalan yang rusak ringan  hingga berat terutama di daerah Cadasngampar  Kecamatan Parungponteng dan di Ada warna  Kecamatan Cibalong yang kalau tidak segeri diperbaiki akan sangat mengganggu jalur transportasi masyarakat daerah Kabupaten Tasikmalaya selatan ini. Kami berharap pemerintah segera turun tangan untuk memperbaiki sarana jalan yang sangat vital ini.

KEARIFAN LOKAL DI PARUNGPONTENG


Nilai-nilai budaya dan kearifan lokal mengalir begitu derasnya di Desa Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya. Modal budaya tersebut sangat berharga untuk dijadikan sebagai acuan dalam pengkajian  kearifan lokal berikutnya yang akan menambah khasanah kelimuan  mendalam dengan atmospere berbeda dengan daerah lainnya . Budaya dalam hal ini adalah satu wujud yang diterima secara implisist oleh masyarakat yang akan menentukan bagaimana mereka merasakan, memikirkan, dan bereaksi tehadap lingkungannya.  Budaya juga merupakan nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas atau kekhasan masyarakat Parungponteng pada umumnya.

Ada tiga karakteristik budaya dan kearifan lokal yang menjadi ciri khas masyarakat Parungponteng, yang mungkin memiliki kesamaan dengan daerah lainnya, yaitu:

  1. Budaya yang berkembang diturunkan secara inheren dalam perkembangan masyarakat Parungponteng itu sendiri dan mungkin melalui sosialisasi yang mencontoh di tengah-tengah kehidupan umumnya. Secara eksklusif pengaruh budaya tersebut tertanam begitu kuat dan indahnya dalam pergaulan sehari-hari warganya. Hal kecil yang terlihat nyata adalah komitmen dan konsistensi dalam menjalankannya dengan begitu tulus dan bersahaja.
  2. Budaya atau kearifan local tersebut sangat mempengaruhi perilaku mereka dalam berinteraksi terhadap sesama warga dan terhadap masyarakat luar.
  3. Ada kemampuan untuk bertahan atau melestarikan nilai-nilai tersebut secara maksimal  melalui proses eksistensi di tengah-tengah lingkungan Parungponteng dan di tempat domisili mereka.

Secara umum saya melihat dan mencermati dua hal yang menjadi sorotan dewasa ini yang berkenaan dengan budaya dan kearifan local di Parungponteng, yaitu pertama: Budaya dan kearifan local yang terjaga atau lestari dan hidup ditengah-tengah denyut nadi kehidupan para anggota dalam masyarakat. Kedua: Bagaimana potensi dan realita kehidupan  yang disebut kearifan local mampu menggerakkan sendi-sendi kehidupan, termasuk social, budaya, ekonomi, dan pengaruh pola politik praktis dalam  masyarakat yang disebut Eksistensi Kerakyatan.

Terkadang saya sendiri atau banyak dari kita berpikir sangat sederhana dengan mengaitkan budaya local dengan pengembangan pariwisata yang dimanipulasi.  Kebanyakan berpendapat bahwa pelestarian budaya  hanya  melalui pelestarian seni budaya tradisional dan benda-benda cagar budaya, salah satunya dengan gelar karya seni dan kreatifitas budaya atau melalui museum dan pameran budaya. Padahal budaya dan kearifan local merupakan mata rantai yang tidak akan terputus dari  waktu ke waktu sepanjang manusia itu eksis di permukaan bumi ini. Dalam perjalanan panjangnya budaya atau kearifan local akan banyak bergesekan atau mengalami simbiosis dengan pengaruh kehidupan manusia dan lingkungan lainnya. Hal ini tentu tidak menghilangkan arti sebenarnya budaya local tersebut, tetapi menjadi bagian terpenting dalam evolusi sejarah atau perubahan manusia secara luas.

Ada beberapa instrumen budaya dan kearifan lokal yang menjadi landasan atau pondasi pelakunya untuk terus dapat bertahan atau berkembang, yaitu:

  1. Karakter budaya: merupakan manifestasi dari apa yang diterima dan diyakini untuk dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari.
  2. Bahasa lokal atau daerah. Termasuk logat dan bahasa-bahasa yang dicipta sendiri yang secara sadar hanya dipakai di lingkungan nya sendiri.
  3. Semangat kekeluargaan. Terlihat jelas dalam aktifitas sehari-hari terutama pada kegiatan yang sifatnya gotong-royong atau kegiatan sosial keagamaan lainnya
  4. Pernikahan. Secara umum mengikuti budaya Sunda secara umum sangat dipengaruhi oleh aktifitas ke-Islam-an sebagai agama yang di anut seratus persen , namun terlihat beberapa hal yang merupakan hasil kreasi dari warga masyarakat sendiri yang memperkaya corak dan warna pernikahan atau pesta pernikahan mereka
  5. Lagu dan tarian. Termasuk beberapa alat musik yang masih dipertahankan keberadaan dan eksistensinya, seperti Rebana, angklung, dan alat music lainnya.
  6. Toleransi Berakhlak.
  7. Perangkat komunikasi. Mengunakan kentongan dari bambu atau kayu untuk memberikan informasi, peringatan, dan sinyal untuk beberapa kegiatan tertentu.
  8. Transportasi.
  9. Pemilu/Pemilukada

DO’A SETELAH SHOLAT FARDHU DI BULAN RAMADHAN


“ Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu pada ketetapan yang Engkau tetntukan dan putuskan secara bijak sebagai ketetapan yang tidak dapat di ubah dan diganti oleh siapapun, agar Engkau catatkan daku termasuk orang yang berkesempatan menunaikan ibadah haji ke Baitullah al-Haram beserta orang-orang yang  mabrur hajinya, diterima saI’nya, diampuni dosa-dosanya serta dihapus segala kesalahannya. Demikian pula, jadikanlah pada ketentuan dan ketetetapan-Mu, supaya Engkau panjangkan usiaku dalam kebaikan dan kesehatan dan Engkau luaskan rizqiku. Demikian pula, jadikanlah daku tergolong orang-orang yang membela agama-Mu dan janganlah Engkau jadikan daku sebaliknya.” ( Imam Ja’far al-Shodiq as ).

(